Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) menilai momentum kampanye musiman masih menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan transaksi e-commerce di Indonesia.
Hal ini sejalan dengan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI) yang mencatat peningkatan signifikan transaksi belanja online sepanjang kuartal III/2025.
Sekretaris Jenderal idEA, Budi Primawan, mengatakan lonjakan transaksi di periode tersebut mencerminkan efektivitas kampanye 7.7, 8.8, dan 9.9 yang digelar oleh berbagai platform e-commerce.
“Yang berhasil meningkatkan traffic dan transaksi lintas kategori, terutama untuk kebutuhan rumah tangga, fesyen, serta produk kecantikan,” kata Budi kepada Bisnis pada Senin (10/11/2025).
Berdasarkan data BPS, transaksi belanja online yang dilakukan peritel dan marketplace meningkat 6,19% secara kuartalan (qtq) pada kuartal III/2025. Sementara itu, BI mencatat nilai transaksi belanja online mencapai Rp134,67 triliun, tumbuh 4,93% qtq dan 3,74% yoy.
Dari sisi volume, total transaksi mencapai 1,44 miliar, atau meningkat 7,72% qtq dan 20,5% yoy. BI menjelaskan lonjakan tersebut dipicu oleh beragam kampanye promo besar yang digelar sepanjang Juli hingga September.
Lebih lanjut, Budi menjelaskan meskipun ada peningkatan pada kuartal III, puncak pertumbuhan biasanya terjadi di kuartal IV, terutama pada periode 11.11, 12.12, dan Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas).
Dia mengatakan idEA pun memperkirakan tren positif ini masih akan berlanjut hingga akhir tahun seiring meningkatnya daya beli masyarakat, kepercayaan konsumen terhadap transaksi digital, serta strategi promosi yang semakin tersegmentasi oleh platform e-commerce.
Selain kampanye promo besar, Budi menilai sejumlah faktor struktural turut memperkuat kinerja e-commerce menjelang akhir tahun. Beberapa di antaranya adopsi digital oleh pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang makin luas, kemudahan sistem pembayaran digital seperti QRIS, Buy Now Pay Later (BNPL) dan e-wallet, serta peningkatan efisiensi logistik dan fulfilment.
Dia menambahkan, integrasi antara sektor kreatif dan live commerce juga memainkan peran penting dalam menciptakan pengalaman belanja yang lebih interaktif. Momentum konsumsi akhir tahun menjelang Natal dan Tahun Baru, kata Budi, juga menjadi faktor yang secara tradisional meningkatkan penjualan lintas kategori.
Dari sisi performa tahunan, idEA mencatat adanya peningkatan signifikan pada gelaran Harbolnas. Berdasarkan data idEA dan hasil pemantauan industri, total nilai transaksi selama Harbolnas 2023 mencapai sekitar Rp25,7 triliun, sementara pada Harbolnas 2024 naik menjadi sekitar Rp31,2 triliun atau tumbuh sekitar 21,4% dibanding tahun sebelumnya.
Menurut Budi, peningkatan tersebut didorong oleh partisipasi UMKM yang lebih tinggi, perluasan kategori produk lokal, serta adopsi teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) dan analitik data dalam strategi kampanye.
“idEA memperkirakan momentum akhir tahun 2025 akan tetap kuat, terutama karena kombinasi antara kampanye 11.11 dan 12.12 yang kini banyak difokuskan untuk mendorong produk lokal serta efisiensi rantai pasok digital,” tutup Budi.
