Jakarta –
Studi baru dari peneliti National Institute of Education (NIE) menemukan sekitar satu dari empat siswa di sekolah dasar Singapura mengalami perundungan, dengan beberapa di antaranya juga mengaku sebagai pelaku bullying.
Studi yang dilakukan bekerja sama dengan Singapore Children’s Society dan National University of Singapore. Riset ini dilakukan pasca ramai beberapa video yang viral di media sosial soal anak-anak dan remaja ‘dibully’ dalam beberapa bulan terakhir.
Studi tersebut melibatkan 581 siswa di tingkat sekolah dasar atas berusia 9 hingga 13 tahun, bersama dengan salah satu pengasuh utama mereka.
Sekitar 23 persen anak yang disurvei menjawab ya, ketika ditanya apakah mereka dirundung dalam dua hingga tiga bulan terakhir.
Studi ini difokuskan pada siswa sekolah dasar atas karena kelompok usia mereka lebih rentan mengalami perundungan.
Peneliti juga menemukan korban biasanya menghubungi teman atau teman sekelas dan orang tua mereka terlebih dahulu, sebelum menghubungi guru atau konselor mereka.
Ini adalah penemuan yang mengejutkan, kata peneliti utama studi Cheung Hoi Shan, asisten profesor dari departemen psikologi dan perkembangan anak & manusia NIE.
“Kami berharap para siswa akan lebih termotivasi untuk memberitahu guru, karena ini terjadi dalam konteks sosial yang sama dengan tempat terjadinya perundungan. Jika mereka dirundung di sekolah, tentu saja, orang dewasa yang paling mudah didekati adalah guru di sekolah,” tambahnya.
“Namun, bukan itu masalahnya. Faktanya, hanya sekitar 5 persen siswa yang melaporkan bahwa mereka berbicara dengan guru atau konselor sekolah terlebih dahulu.”
(naf/kna)