TUBAN, suaramerdeka.com – Dalam peristiwa gempa bumi, selalu diikuti dengan gempa bumi susulan. Mengapa selalu ada gempa bumi susulan setelah gempa bumi pertama? Menurut Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Dr Daryono SSi MSi melalui akun Instagramnya menjelaskan, bahwa gempa bumi susulan lazim terjadi pasca gempa bumi pertama. Baca Juga: Earth Hour 2024, Hotel Khas Semarang Turut Padamkan Listrik Selama 1 Jam
Daryono menambahkan, bahwa banyaknya gempa bumi susulan merupakan gambaran kondisi batuan yang rapuh dan mudah deformasi. Selain itu, lanjut Daryono, gempa bumi susulan banyak justru bisa memberi informasi peluruhan jumlah gempa bumi susulan, sehingga kita jadi tahu aktivits gempa bumi akan segera berakhir.
Terkait gempa bumi di dekat Pulau Bawean atau timur laut Tuban banyak gempa bumi susulan, Daryono menerangkan, bahwa ada gempa bumi susulan karena karakter gempa kerak dangkal Bawean terjadi di batuan kerak permukaan adalah batuan heterogen. Baca Juga: Soal Stok Kebutuhan Pokok dan Gas Melon, Komisi B DPRD Kendal Minta Pemkab Lakukan Upaya Ini Sehingga rapuh dan mudah patah. “Ini berbeda dengan gempa kerak samudera yang batuannya homogen elastik, sehingga miskin gempa susulan,” pungkasnya. Sementara dari hasil monitoring BMKG terhadap jumlah gempa bumi susulan di dekat Pulau Bawean atau sebelah timur Tuban, jumlahnya kian mengecil dan diharapkan tidak ada lagi gempa bumi susulan. Baca Juga: Nikmatnya Menu Sahur Ayam Saus Padang yang Nggak Ada Lawan, Intip Resep Lengkapnya Sebelumnya, pada Jumat, 22 Maret 2024 pukul 11.22 WIB terjadi gempa bumi dengan magnitudo 6.0 di sebelah timur Tuban atau dekat Pulau Bawean. Guncangan gempa bumi itu terasa hingga Semarang, Jepara, Kudus, Surabaya, Gresik. Menyusul kemudian gempa bumi susulan pada pukul 16.07 WIB dengan magnitudo lebih besar 6.5 yang terasa sampai Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Solo. Baca Juga: Resep Telur Saus Tomat ini Cocok Dijadikan Menu Sahur, Dijamin Praktis dan Anti Ribet BMKG menyebutkan gempa bumi tidak menimbulkan tsunami.
