Masjid Agung Syekh Baing Yusuf Jejak Penyebaran Islam di Purwakarta

17 March 2024, 19:28

Sejumlah kaum ibu memanjatkan doa di Masjid Agung Syekh Baing Yusuf, Purwakarta.(MI/REZA SUNARYA)

MASJID Agung Syekh Baing Yusuf yang berada di Komplek Pemerintah Kabupaten Purwakarta, merupakan salah satu masjid yang menjadi saksi  sejarah perkembangan Agama Islam. Masjid yang dibangun pada tahun 1826 telah beberapa kali mengalami pemugaran.
Masjid Agung Syekh Baing Yusup menjadi bukti sejarah perkembangan Islam di Purwakarta. Meski telah mengalami beberapa kali pemugaran, namun ciri khasnya yaitu dua menara kembarnya serta sejumlah tiang penyangga dan ornamen yang berada di dalam masjid masih dipertahankan.
Masjid Agung yang terletak di tengah jantung kota Purwakarta itu didirikan oleh Syekh Baing Yusuf yang merupakan keturunan ke 24 dari Raja Pajajaran, yaitu Prabu Siliwangi. Awalnya Masjid ini berbentuk menyerupai sebuah padepokan bergaya Khas Jawa Barat.
Baca juga : Masjid Lautze 2, Terus Berkembang di Tengah Kota Bandung
Syekh Baing Yusuf menyebarkan agama  Islam di Purwakarta diawali dari
Masjid Agung. Beliau menyebarkan Islam secara lisan kepada warga. Yang
menjadi sasaran pertamanya adalah kelompok Badega di wilayah Kutawaringin yang masih memeluk agama Hindu.
Syekh Baing Yusuf wafat pada 1854 Masehi dan dimakamkan di belakang Masjid Agung. Selain menjadi tempat pemakaman Syekh Baing Yusuf, di belakang Masjid Agung ini juga terdapat sejumlah makam dari para Bupati Purwakarta dan Karawang.
Makam Syekh Baing Yusuf selalu ramai dikunjungi para peziarah yang datang dari berbagai kota, baik Jawa Barat sendiri maupun dari luar Pulau Jawa. Syekh Baing Yusuf sendiri merupakan guru dari Syekh Nawawi Al Bantani yang menjadi Iman besar di Masjidil Haram. Baca juga : Buka Puasa Unik Ditemani Meriam di Lebak Banten
Menurut Keterangan Iing Solihin, salah seorang pengurus Masjid Syekh Baing Yusuf, Syekh Yusuf adalah putra Bupati Bogor. Dia dilahirkan pada 1709.
Di  usia 7 tahun, dia sudah fasih bahasa Arab dan tahfid Qur’an. Di usia 13 tahun, dia ke Mekah. Selama 11 tahun tinggal di Mekah lalu pulang ke Indonesia sekitar usia 24 tahun.
“Daerah ini dulu belum jadi Kabupaten Purwakarta, tetapi masih Karawang. Ayahnya Syekh Baing Yusuf merupakan dalem Karawang. Kemudian  Syekh Yusuf  ikut ke sini dan membuka mesjid di sini, belum Purwakarta. Beliau mengajak untuk membawa Badega Galuh Pakuan yang tertinggal di Sindangkasih untuk ke mesjid bersembahyang masuk islam,” kata Iing Solihin, Minggu (17/3).
Selain bangunan masjid, peninggalan Syekh Baing Yusuf yang ditemukan di komplek Masjid adalah sebuah pedang yang biasa dibawa saat berdakwah dan menjadi pegangan saat Khutbah Jumat.
Di bulan Ramadan, Masjid Agung Baing Yusuf digunakan para jamaah untuk
tadarus serta menjadi tempat warga ngabuburit menunggu waktu berbuka
puasa.

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Provinsi

Negara

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Transportasi