Makam Wali Kota Pertama Surabaya Terlupakan, DPRD: Miris di Tengah HUT ke-732!

Makam Wali Kota Pertama Surabaya Terlupakan, DPRD: Miris di Tengah HUT ke-732!

Surabaya (beritajatim.com) — Momentum Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) ke-732, Anggota Komisi A DPRD Surabaya, Mohammad Saifuddin, justru mengungkap kondisi memprihatinkan makam Wali Kota pertama Surabaya, dr. Radjamin Nasution.

Menurut Saifuddin, di tengah gelar Surabaya sebagai kota pahlawan dan rujukan nasional, perhatian terhadap tokoh pendirinya masih jauh dari layak.

Dia mengaku sedih ketika mengunjungi makam dr. Radjamin Nasution yang tampak tak terurus dan seolah dilupakan sejarah kota Surabaya.

“Di ultah yang ke-732 Surabaya, saya sedih melihat makam Wali Kota pertama Surabaya ini yang sangat miris, yaitu makam dr. Radjamin Nasution. Di sana seperti tak terurus dan minimnya prasasti yang menyebutkan bahwa beliau adalah Wali Kota pertama di Surabaya ini,” ujar Saifuddin, Sabtu (31/5/2025).

Saifuddin menegaskan bahwa penghargaan terhadap tokoh sejarah tidak boleh berhenti pada seremoni atau narasi kosong. Dia menilai, bentuk penghormatan nyata harus diwujudkan melalui perawatan makam, penyematan nama pada gedung atau jalan, serta pengenalan lebih luas terhadap sosok Radjamin Nasution kepada masyarakat.

“Apalagi Surabaya terkenal sebagai Kota Pahlawan. Jadi saya berharap kepada Pemkot untuk tidak melupakan dr. Radjamin Nasution yang memiliki banyak jasa bagi Surabaya ini,” kata politisi Demokrat ini,

Sebagai langkah konkret, dia menyarankan agar nama dr. Radjamin Nasution diabadikan sebagai nama jalan atau gedung pemerintahan di Surabaya. Hal ini, menurutnya, adalah cara terbaik untuk menanamkan nilai historis kepada generasi muda sekaligus menjaga identitas kota.

“Saya berharap harus ada gedung-gedung Pemkot dan jalan di Surabaya dengan nama dr. Radjamin Nasution. Ini bentuk penghormatan kepada para pendahulu kita dan sebuah bentuk penghormatan kepada beliau,” tegasnya.

Komisi A DPRD Surabaya juga berkomitmen untuk mendorong Pemkot agar lebih serius dalam merawat situs-situs bersejarah dan tokoh-tokoh penting kota. “Jangan sampai sejarah kota ini hanya menjadi arsip, tanpa sentuhan dalam ruang publik,” pungkas Saifuddin.[asg/kun]