Mahasiswa yang Akhiri Hidup di Kampus Petra Ternyata Pernah Jadi Korban Perundungan

Mahasiswa yang Akhiri Hidup di Kampus Petra Ternyata Pernah Jadi Korban Perundungan

Surabaya (beritajatim.com) – Mahasiswa yang ditemukan tewas karena bunuh diri di area gedung Q kampus Petra ternyata korban perundungan sejak SMP. Diketahui, Raphael David Daniel ditemukan meninggal dunia setelah lompat dari lantai 12 gedung Q Universitas Petra.

“Dia ada masalah dengan temannya di sekolah, tapi dia tidak cerita ke kami. Salah satu temannya dari keluarga berada, mengajak teman-teman Rapha yang lain untuk membully dia,” kata Ronald Daniel, Selasa (15/10/2024).

Ronald Daniel menceritakan bahwa sebenarnya Raphael merupakan anak berprestasi terutama di pelajaran bahasa inggris. Sampai-sampai neneknya memanggil Raphael dengan sebutan Mr. Smiley. Selain itu, Raphael juga dikenal anak yang ramah dan bersahabat. Sehingga hampir semua teman sekolah dikenal keluarganya.

“Mulai berubah pada tahun 2020. Ia saat itu kelas 1 SMA. Tiba-tiba yang asalnya gembira, ceria dan banyak bicara menjadi pendiam dan sensitif,” imbuh Ronald.

Mengetahui anaknya berubah, Ronald dan istrinya berinisiatif untuk membawa Raphael ke psikiater. Dari hasil pemeriksaan psikiater itulah Ronald mengetahui bahwa anaknya mengalami depresi berat.

Kepada orang tuanya, Raphael mengaku bahwa mendapatkan perlakuan bullying sejak kelas 3 SMP. Bullying berlanjut dari orang yang sama hingga SMA. Mengetahui hal itu, orang tuanya mengeluarkan Raphael dari sekolah SMA. Rapha pun akhirnya diikutkan homeschooling. Ia juga mendapatkan perawatan psikiater secara rutin.

“Rapha mulai mengalami pemulihan mental. Ia kembali berprestasi dan mulai punya teman lagi, tapi masih tertutup dan sensitif,” tutur Ronald.

Raphael lantas menyelesaikan masa sekolah homeschooling ya dan masuk ke Universitas Petra melalui jalur prestasi. Raphael lantas memilih jurusan teknik mesin. Sampai akhirnya, ia ditemukan meninggal dunia usai melompat dari lantai 12 gedung Q Universitas Kristen Petra.

Ronald sempat menceritakan bahwa pada malam hari sebelum Raphael ditemukan tewas, ia bersama anaknya itu masih melakukan doa bersama. Kematian Raphael merupakan pukulan telak bagi orang tua dan 3 kakaknya. Tidak ada tanda dan pesan yang ditinggalkan oleh Raphael kepada keluarganya.

“Keterbukaan adalah hal yang penting. Anak-anak harus tahu bahwa orang tua siap mendengarkan setiap permasalahan anak-anaknya. Pulanglah dan ceritakanlah masalahmu kepada orang tua,” pesan Ronald.

Ronald pun berpesan agar kepergian anaknya bisa menjadi pelajaran bagi para orang tua dan anak-anak lainnya ketika menghadapi masalah.

“Untuk para orang tua, ayolah kita hidup untuk anak-anak kita, sediakan waktu untuk mendengar mereka. Jangan ada lagi anak-anak yang tersakiti. Jangan ada lagi anak-anak yang menyakiti,” pungkasnya. (ang/ian)