Magetan (beritajatim.com) – Kabupaten Magetan baru saja meluncurkan city branding dengan tagline “Magetan Ngangeni”. Branding ini bukan sekadar logo atau slogan namun merupakan janji besar yang mencerminkan potensi daerah sekaligus tantangan untuk mewujudkan kesan positif bagi masyarakat maupun wisatawan.
Menurut Dr. Andre Noevi Rahmanto, anggota tim kajian city branding dari Universitas Sebelas Maret (UNS), perancangan ini dilakukan melalui model partisipatif. Dalam prosesnya, masyarakat, pelaku industri, dan pemangku kepentingan diajak berdiskusi melalui serangkaian Focus Group Discussions (FGD).
Setelah itu, hasil rancangan diuji publik secara terbatas, dilanjutkan survei terbuka melalui jejaring digital. Pendekatan ini bertujuan agar konten yang dihasilkan tidak hanya ilmiah dan komprehensif, tetapi juga dapat diterima oleh berbagai kalangan.
“City branding adalah awal dari pekerjaan besar untuk menunaikan janji ‘Magetan Ngangeni’,” ujar Andre, Kamis (19/12/2024)
Meski telah diluncurkan, berbagai tantangan masih dihadapi. Hendri Satrio Wibowo dari Nirwana Group menggarisbawahi masalah infrastruktur, khususnya kemacetan yang sering terjadi di musim liburan. Sebagai pelaku wisata, dia menyoroti jalur utama menuju destinasi wisata seperti Sarangan yang belum memiliki jalur alternatif yang efektif.
“Rekayasa lalu lintas hanya memperpanjang kemacetan karena semua kendaraan tetap melewati jalur yang sama. Dibutuhkan jalur pengurai untuk mengurangi beban di titik-titik rawan kemacetan, seperti Pasar Plaosan hingga Polsek Plaosan,” kata Hendri.
Dia menekankan bagaimana upaya stakeholder terkait untuk memberikan solusi berupa jalur alternatif untuk mengurai kemacetan. Dia tidak ingin, tagline Magetan Ngangeni jadi bumerang jika tidak ada pembenahan.
“Dan ini bukan perkara lalu lintas saja, termasuk sektor UMKM baik yang berada di kawasan wisata maupun tidak, sehingga para pengunjung itu bisa benar-benar merasa kangen atau rindu dengan Magetan,” katanya.
Joko Trihono, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Magetan, menjelaskan bahwa proses city branding ini melibatkan penggalian potensi lokal. UNS merumuskan potensi ini menjadi beberapa alternatif logo dan tagline, yang kemudian dipilih melalui proses diskusi dan voting masyarakat.
Logo “Magetan Ngangeni” sendiri dirancang dengan elemen khas seperti huruf “M” yang menggambarkan Gunung Lawu, serta simbol keris yang mencerminkan budaya Mataraman. Elemen-elemen ini diharapkan mampu mengkomunikasikan keunikan Magetan kepada masyarakat luas.
Peluncuran “Magetan Ngangeni” menjadi tonggak awal untuk memperkenalkan Magetan sebagai destinasi yang nyaman dan berkesan. Namun, city branding ini harus didukung oleh langkah nyata di berbagai sektor, termasuk peningkatan infrastruktur, pengelolaan lalu lintas, hingga pengembangan ekonomi kreatif.
Joko mengatakan bahwa city branding bukan akhir dari perjalanan, melainkan komitmen untuk terus berinovasi. Kolaborasi lintas sektor menjadi kunci untuk memastikan bahwa Magetan benar-benar menghadirkan pengalaman yang “ngangeni” bagi siapa saja yang datang.
Dengan semangat gotong royong dan kerja nyata, Magetan memiliki peluang besar untuk menjadi salah satu ikon pariwisata unggulan di Jawa Timur. Semoga “Magetan Ngangeni” bukan hanya janji, tetapi juga kebanggaan yang dapat dirasakan oleh masyarakatnya. [fiq/beq]
