Blitar (beritajatim.com) – Sebanyak lima perempuan asal Kabupaten Blitar menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) pada 2025 ini. Bahkan satu di antaranya sampai berujung pada pembunuhan dan mutilasi.
Data itu diungkapkan oleh Kepala Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Kabupaten Blitar, Dwi Andi Prakarsa. Menurut Andika selama tahun 2025 ini, Unit PPA Kabupaten Blitar telah melakukan lima penanganan kasus KDRT.
“Untuk perempuan yang menjadi korban KDRT jumlahnya empat orang sementara satu orang lainnya menjadi korban mutilasi,” ucap Dwi Andi Prakarsa, Jumat (11/4/2025)
Dari lima kasus yang ditangani, satu di antaranya bahkan sampai berujung pada mutilasi. Diketahui KDRT yang berujung mutilasi ini dialami oleh UH perempuan asal Kecamatan Garum Kabupaten Blitar.
UH diketahui menjadi korban mutilasi oleh seorang laki-laki asal Tulungagung yang mengaku sebagai suami sirinya. Bahkan setelah dimutilasi, jasad UH dibuang di beberapa kota di Jawa Timur.
Kasus ini pun ditangani oleh Unit PPA Kabupaten Blitar. Petugas Unit PPA Kabupaten Blitar juga memberikan pendampingan psikologis kepada keluarga dan juga kedua anak korban.
“Untuk bullying empat orang kasus tahun 2023 yang sampai tahun 2025 masih kami dampingi, termasuk dua anak UH juga kami dampingi,” tegasnya.
Dari analisis yang dilakukan oleh Unit PPA Kabupaten Blitar ada berbagai macam faktor yang mendorong terjadinya KDRT. Selain faktor lingkungan ada pula pola pengasuhan dan pergaulan.
“Tidak serta merta faktor ekonomi, untuk KDRT perempuan lebih kompleks faktor lingkungan pengasuhan dan pergaulan anak kadang menyebabkan kejadian tersebut,” tandasnya. [owi/beq]
