Lebih Cepat dari Kamboja dan Laos

Lebih Cepat dari Kamboja dan Laos

Bisnis.com, JAKARTA — Kecepatan interne Indonesia makin baik jika dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara. Meski rerata kecepatan internet bergerak masih di bawah 100 Mbps, namun secara posisi lebih baik dari Kamboja dan Laos.

Berdasarkan laporan SpeedTest by Ookla, dikutip Senin (22/12/2025) Indonesia menduduki posisi ketujuh dengan median kecepatan unduh internet mobile sebesar 50,77 Mbps. Sementara itu Kamboja, dengan wilayah yang lebih kecil, mencatatkan kecepatan unduh internet mobile sebesar 50,18 Mbps.

Adapun, Laos menempati posisi kesembilan karena memiliki median kecepatan unduh internet mobile sebesar 47,18 Mbps. Nilai tersebut adalah yang terendah dalam laporan Speedtest kali ini. Speedtest Global Index tidak mencatat data kecepatan unduh internet mobile di Myanmar dan Timor Leste.

Lebih lanjut, DataIndonesia menyebut Brunei Darussalam masih menjadi negara dengan jaringan internet mobile tercepat di wilayah Asia Tenggara per November 2025. Pasalnya, median kecepatan unduh atau download internet mobile di negara tersebut mencapai 226,92 megabit per second (Mbps) pada bulan kesebelas tahun ini.

Singapura juga tetap menduduki posisi kedua lantaran memiliki median kecepatan unduh internet mobile sebesar 195,65 Mbps. Lalu, Vietnam mengikuti di posisi ketiga dengan kecepatan sebesar 160,5 Mbps.

Malaysia berada di posisi selanjutnya dengan kecepatan unduh internet mobile 141,18 Mbps. Kemudian, kecepatannya di Thailand dan Filipina berturut-turut sebesar 136,91 Mbps dan 54,39 Mbps pada November 2025.

Sebagai informasi, Speedtest Global Index membandingkan data kecepatan internet di seluruh dunia dengan datanya diperbarui setiap pertengahan bulan. Data dalam indeks ini berasal dari pengujian di lebih dari 15.000 server yang tersebar di lebih dari 190 negara.

Sebelumnya,  Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menetapkan target ambisius untuk meningkatkan kecepatan internet rata-rata nasional menjadi 100 Mbps pada 2029.

Target tersebut melonjak signifikan dari angka saat ini yang masih berkisar di 47,2 Mbps. 

Sekretaris Jenderal Komdigi Ismail mengatakan Indonesia tengah berupaya keras mengejar ketertinggalan infrastruktur digitalnya demi mendukung pertumbuhan ekonomi dan inklusivitas teknologi. 

“Kita mau secepatnya 2029 sudah mencapai rata-rata nasional itu di 100 Mbps,” ujarnya dalam acara Deklarasi Arah Indonesia Digital di Jakarta dikutip Rabu (10/12/2025).

Dia juga menuturkan, berdasarkan data terbaru, kecepatan mobile broadband Indonesia saat ini menempati peringkat ke-9 dari 10 negara di ASEAN, dan berada di posisi ke-79 dari 104 negara di dunia. 

Kondisi serupa terjadi pada sektor fixed broadband yang memiliki kecepatan unduh rata-rata 42,79 Mbps; menempatkan Indonesia kembali di peringkat ke-9 ASEAN dan peringkat 115 dari 156 negara menurut data Ookla.

Strategi utama untuk mencapai angka tersebut ialah dengan memperluas jangkauan infrastruktur fisik.

Fokus pembangunan diarahkan pada peningkatan cakupan serat optik (fiber optic) di tingkat kecamatan. Pemerintah menargetkan cakupan ini mencapai 90% pada tahun 2029, meningkat dari posisi 70,88% pada tahun 2024.

Namun, kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan menjadi tantangan tersendiri yang membuat cakupan 100% serat optik tidak mungkin dicapai secara efisien. 

Untuk mengatasi hal ini, Ismail mengatakan 10% sisa wilayah yang sulit dijangkau kabel fisik akan dihubungkan melalui backbone alternatif, termasuk teknologi terestrial mobile dan satelit. 

Pendekatan ini dinilai krusial untuk memastikan inklusivitas konektivitas bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Selain kecepatan internet, pemerintah juga fokus pada pengembangan ekosistem digital yang produktif. Salah satu inisiatif utamanya adalah pengembangan 38 “Giga City” selama periode perencanaan hingga tahun 2029.