Jakarta –
Dua raksasa otomotif Jepang, Honda dan Nissan sedang membahas merger. Langkah itu ditempuh karena ketatnya persaingan mobil listrik, terutama asal China.
Melansir CNN, kedua perusahaan tersebut telah melakukan pembicaraan, tetapi mereka tidak memberikan rincian terkait kapan rencana merger tersebut terjadi.
“Seperti yang diumumkan pada bulan Maret, Honda dan Nissan sedang menjajaki berbagai kemungkinan untuk kolaborasi di masa mendatang, memanfaatkan kekuatan masing-masing,” tulis pernyataan Nissan dan Honda.
Honda dan Nissan juga mengonfirmasi kepada CNN bahwa Mitsubishi adalah bagian dari pembicaraan awal ini, yang akan melibatkan produsen mobil besar ketiga Jepang yang potensial.
Honda dan Nissan sebelumnya telah mengumumkan akan bermitra untuk kendaraan listrik dan pada bulan Agustus mengatakan mereka akan berkolaborasi dalam teknologi baterai.
Hal ini lantaran konsumen China telah berbondong-bondong ke merek asing tetapi sebagian besar telah beralih ke merek domestik, yang memiliki nilai yang lebih baik di negara tersebut.
Pemerintah China juga telah memberikan insentif untuk membantu mempercepat adopsi kendaraan listrik dan hibrida plug-in oleh pelanggan. Meskipun kedua perusahaan menawarkan EV dan plug-in – Nissan, khususnya, adalah pelopor dalam teknologi EV – merek China seperti BYD telah melampaui teknologi mereka dan harganya lebih murah.
Nissan juga mengalami kesulitan sejak mantan CEO-nya, Carlos Ghosn, menjadi buronan, melarikan diri dari Jepang ke negara asalnya, Lebanon.
Ghosn ditangkap di Tokyo pada 2018 atas dugaan pelanggaran keuangan, dan Nissan memecatnya. Ghosn telah berulang kali membantah tuduhan tersebut. Pemecatannya mengguncang aliansi pembuat mobil yang kuat antara Nissan, Renault, dan Mitsubishi.
Renault yang pernah menjadi kemitraan pembuat mobil terbesar di dunia, sejak itu secara tajam mengurangi kepemilikan sahamnya di Nissan, yang melemahkan pembuat mobil Jepang tersebut.
Nissan mengatakan bahwa pendapatan operasionalnya antara Maret dan September turun 90% dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, Honda, yang kira-kira lima kali lebih besar dari Nissan, juga menghadapi tantangan. Perusahaan mengumumkan rencana untuk hanya menjual kendaraan tanpa emisi di pasar-pasar utama pada tahun 2040. Namun, transisi berjalan lambat, karena harga gas yang relatif rendah, infrastruktur pengisian daya yang tidak memadai, dan meningkatnya persaingan telah menurunkan permintaan EV di Amerika Serikat dan Eropa.
(hns/hns)