Laporan Investigasi dan Cover Majalah Tempo Pernah Dilaporkan, Ada Soal Soeharto Sampai Jokowi

6 March 2024, 20:20

TEMPO.CO, Jakarta – Cover Majalah Tempo edisi 3 Maret 2024 dengan laporan utama berjudul “Tentakel Nikel Menteri Bahlil” yang berisi dugaan kesewenangan Menteri Investasi Bahlil Lahadalia dilaporkan ke Dewan Pers karena dianggap informasi didalamnya mengarah pada fitnah. Laporan tersebut dilayangkan Bahlil pada Senin, 4 Maret 2024. Lewat staf khusus Menteri Investasi Tina Talisa menyampaikan bahwa Bahlil kecewa karena karya jurnalistik yang diterbitkan oleh Tempo tidak memenuhi kaidah dan kode etik jurnalistik. Ia merasa dirugikan terhadap konten pemberitaan dan podcast Bocor Alus yang dirilis. “Pak Menteri Bahlil keberatan karena sebagian informasi yang disampaikan ke publik mengarah kepada tudingan dan fitnah, juga sarat dengan informasi yang tidak terverifikasi,” kata Tina melalui keterangan tertulis, Senin, 4 Maret 2024. Pihaknya menggugat ke Dewan Pers. “Sesuai dengan Undang-Undang Pers Nomor 40 Tahun 1999, pengaduan sengketa pemberitaan diatur Dewan Pers untuk mengawasi pelaksanaan kode etik jurnalistik,” ujarnya.Bukan kali ini laporan investigasi Majalah Tempo  berujung laporan ke Dewan Pers.Menurut Pemimpin Redaksi Tempo, Setri Yasa konten yang dihadirkan Tempo telah sesuai dengan etik jurnalistik dan telah melalui proses kerja yang berlapis.Para wartawan yang mengerjakan tulisan telah memberikan kesempatan bagi sumber-sumber yang disebutkan untuk dimintai penjelasan. Hal itu juga berpedoman pada salah satu etik jurnalistik, yaitu asas keberimbangan. Namun, memang tak semua mau memberi penjelasan ketika dimintai. “Terkadang, banyak narasumber tidak menggunakan kesempatan yang diberikan,” kata Setri.Berikut beberapa cover Majalah Tempo yang pernah dipermasalahkan pada masanya:1. Cover MinarniMajalah pertama Tempo pertama kali terbit pada 12 Januari 1971, menulis tentang pebulutangkis Minarni Soedarjanto yang cedera saat Asian Games tahun 1970 dikaitkan dengan kongres PBSI. Dalam pesta olahraga Asia itu, Minarni mendapat perunggu. Tulisan itu mengungkap temuan yang melatari cedera serius yang dialami Minarni di partai terakhirnya.Karya jurnalistik yang berjudul “Tragedi Minarni dan Kongres PBSI” ini masih ditulis menggunakan ejaan lama. Isinya adalah hal yang tak banyak diketahui soal cederanya Minari saat terpeleset di di Stadion Kittikachorn, Bangkok. Kala itu, cedera yang dialaminya ketika jatuh sampai menimbulkan bunyi ‘kraak’ hingga dirinya merintih. Tetapi, Minarni tetap ingin melanjutkan permainan yang kala itu dirinya berhadapan dengan Hiroe Yuki, juara All England 1969.2. Kapal Perang JermanCover Story Tempo pada 7 Juni 1994 soal pembelian kapal perang Jerman oleh Soeharto kala itu mengantarkan peristiwa kemunduran kebebasan pers saat itu. Majalah Tempo, tabloid DeTik, dan majalah Editor diberedel oleh Menteri Penerangan Harmoko. Goenawan Mohamad kala itu merupakan Pemimpin Redaksi Tempo.Pemberitaan itu berisi tentang kritik pembelian 39 kapal perang bekas dari Jerman Timur oleh pemerintahan Soeharto. Harga pembelian kapal itu sebelumnya diperdebatkan oleh Menteri Riset dan Teknologi BJ Habibie dan Menteri Keuangan Marie Muhammad yang awalnya besaran harganya 12 juta dollar AS menjadi 1,1 miliar dollar AS. Pembengkakan harga diperkirakan mencapai 62 kali lipat. Soeharto menganggap berita yang diterbitkan oleh Tempo saat itu telah memecah belah bangsa dan dirinya memerintahkan Menteri Penerangan Harmoko untuk menindak tegas media yang “mengadu domba”. Menteri Penerangan kemudian melakukan pemberedelan kepada ketiga media tadi. “Tanpa alasan eksplisit atas pecabutan SIUPP atau izin terbit majalah, dengan hanya menyebut bahwa Tempo telah mengganggu stabilitas nasional dan gagal menjaga pers Pancasila,” tulis Janet Steel.3. Mengapa Soeharto MenantangSetelah diberedel pada 1994, Majalah Tempo tidak bisa menerbitkan edisi terbarunya. Kemudian setelah 1998, para pendiri Tempo akhirnya memutuskan Majalah Tempo perlu hadir kembali. Lima bulan berselang, tepatnya Oktober 1994, edisi nomor contoh akhirnya terbit.Iklan

Edisi 3 Oktober 1998 ini membahas tentang tuntutan Soeharto kepada majalah Time dengan judul “Mengapa Soeharto Menantang” dan wajah Soeharto langsung terpampang sebagai cover-nya saat itu.Kala itu, Soeharto menggugat majalah Time Asia atas pemberitaan soal kekayaan keluarganya yang dianggap keliru. Jenderal purnawirawan ini minta ganti rugi senilai US$ 27 miliar. Selain tentang duit Soeharto, Majalah Tempo edisi ini juga memuat tentang tragedi pemerkosaan dalam kerusuhan 1998. Di dalamnya terdapat liputan-liputan khusus yang menjadi bukti brutalitas dalam kerusuhan Mei tahun itu terhadap kalangan keturunan Cina bukan bualan kosong. Sejumlah perempuan dipaksa sekelompok orang secara seksual. 4. Moeldoko “Beking Mobil Listrik Wuling”Majalah Tempo yang berjudul “Beking Mobil Listrik Wuling” dilaporkan oleh Kepala Staf Kepresidenan, Jenderal TNI (Purn) Moeldoko ke Dewan Pers. Moeldoko mengatakan dirinya keberatan atas opini yang menggiring pembacanya dan merupakan bentuk arogansi jurnalistik. Moeldoko membuat laporan itu berdasarkan pemberitaan Opini Tempo yang menyebutkan dirinya telah mengintervensi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk mengakomodir alat pengisian baterai mobil listrik Wuling yang tidak sesuai standar. Moeldoko kemudian membuat laporannya di Kantor Dewan Pers, Jakarta, Rabu, 27 Desember 2023. Dirinya sekaligus menggunakan hak jawabnya terkait pelaksanaan penggunaan mobil listrik di Indonesia disajikan penuh dengan konflik kepentingan. “Saya melihat cover Majalah Tempo dan opini yang ditulis merupakan bentuk arogansi jurnalistik, bahkan menjurus ke brutal, tendensius dan kehilangan independensi,” katanya. “Tampaknya Tempo menganggap program transformasi ini hal remeh temeh, bukan hal penting,” ujarnya, melanjutkan.5. Jokowi Berhidung PinokioSampul Majalah Tempo edisi 16-22 September 2019 dilaporkan oleh relawan Jokowi karena dianggap telah menghina sosok Presiden RI. Majalah Tempo dengan judul Janji Tinggal Janji menunjukkan gambar Jokowi dengan bayangannya seperti pinokio. Setri Yasra selaku Redaktur Eksekutif Majalah Tempo saat itu, mengatakan bahwa sampul majalah yang saat itu ramai bukan ditujukan untuk menghina presiden. Tetapi, sebagai metafora atas janji yang tidak ditepai oleh Presiden Jokowi untuk menguatkan KPK, malah nyatanya semakin melemahkan. “Tempo telah memuat penjelasan dalam Presiden dalam bentuk wawancara,” kata Setri. Sementara itu Ketua Relawan Jokowi mania (Joman) Immanuel Ebenezer mengungkapkan jika cover Majalah Tempo menggambarkan seorang kepala negara seperti tokoh kartun Pinokio yang identik suka berbohong. “Mem-framing seakan-akan Jokowi pembohong. Ini kan bahaya untuk pendidikan rakyat,” katanya.Selain itu, Immanuel mengatakan keberatan dengan isi dalam Majalah itu. Menurutnya muatan isi menggiring opini bahwa Presiden tidak serius dengan tindak pidana korupsi dan ingin melemahkan KPK. Immanuel mengatakan itu tidak benar. Karena itu, Immanuel dan para relawan menuntut pihak Tempo untuk menarik edisi tersebut. Ia juga meminta Tempo melakukan klarifikasi, dan meminta maaf.”Tempo tidak pernah menghina kepala negara sebagaimana dituduhkan. Tempo tidak menggambarkan Presiden sebagai pinokio. Yang tergambar adalah bayangan pinokio,” kata Setri dalam pesan tertulisnya, Senin, 16 September 2019.SAVINA RIZKY HAMIDA MAGANG PLUS| RIRI RAHAYU| NURDIN SALEH| WANTO| HENDRIK KHOIRUL MUHID| FRISKI RIANA| YUNI ROHMAWATI Pilihan Editor: Penjelasan Majalah Tempo Soal Sampul Bergambar Jokowi