Jakarta –
Tidak ada yang lebih besar dari cinta seorang ibu kepada anak. Sagita (38) menceritakan pengalamannya berjuang melawan penyakit kista dan mioma, serta harus melalui pergulatan batin takut tidak bisa memenuhi perannya sebagai ibu, di saat anak-anaknya masih sangat membutuhkan.
Sagita menceritakan dirinya adalah seorang dokter umum. Namun, kini ia memilih lebih fokus di rumah sebagai ibu rumah tangga untuk mengurus keluarga, sembari menjalankan pekerjaan di bidang asuransi.
Keseharian Sagita cukup padat mulai dari menyiapkan kebutuhan anak sekolah, mengantar anak sekolah, beraktivitas dengan ibu-ibu lain, hingga bertemu dengan klien di pekerjaan. Jika sudah sore, ia kembali ke peran utamanya sebagai ibu di keluarga.
Ketika didiagnosis kista dan mioma, Sagita mengaku sangat terkejut. Terlebih, ukuran kista yang ditemukan oleh dokter termasuk besar hingga 13,5 cm. Kondisi itu membuatnya takut bila harus meninggalkan anak-anaknya terlebih dahulu.
“Anak bungsu saya bilang, ‘mama gendong’. Tapi saat itu saya cuma bisa bilang, ‘nanti ya dek, mama lagi sakit’. Rasanya momen itu tuh bikin sedih banget. Dan momen itu yang bikin saya takut kehilangan peran saya sebagai seorang ibu,” ucap Sagita ketika ditemui detikcom, dalam sebuah kesempatan.
Awalnya Muncul Nyeri Tak Biasa di Perut
Sagita menceritakan awal mula ia didiagnosis kista dan mioma untuk pertama kali. Ia mengatakan awalnya ia merasakan gejala tidak nyaman di area perut bagian kanan bawah.
Tak sampai situ saja, kondisi ini juga disertai dengan adanya perubahan pola menstruasi. Sagita mengatakan pola menstruasinya yang sebelumnya lancar, tiba-tiba menjadi lebih pendek dan lebih banyak.
Kondisi itu menimbulkan rasa yang begitu tidak nyaman di tubuhnya. Sagita akhirnya memutuskan untuk pergi ke Siloam Hospitals Kebon Jeruk untuk melakukan pemeriksaan.
“Terus mulai sangat nggak enak banget itu 3 hari terakhir sebelum saya memutuskan untuk konsultasi ke dokter Siloam Kebon Jeruk. Pada saat itu langsung di USG dan langsung terlihat kista gede banget sebesar 13,5 cm dan juga ada miom-miomnya,” ujar Sagita.
“Saat ketahuan berasa syok sih. Ketakutan saya adalah saat itu, gimana kalau saya, harus kehilangan anak-anak saya, di mana saya harus pergi duluan,” sambungnya.
Suami Sagita, Martin Hendrata menyebut semua orang termasuk dirinya sangat terkejut. Ia bingung bagaimana bisa istrinya yang selama ini tidak pernah sakit memiliki kista dengan ukuran yang terbilang sangat besar.
Martin mengaku tidak pernah melihat tanda-tanda aneh pada Sagita sebelum akhirnya sang istri mengalami gejala nyeri di perut dan perubahan pola menstruasi. Meski begitu, Martin saat itu berusaha untuk tetap tenang dan tidak panik.
“Selama ini tuh (Sagita) nggak pernah sakit. Selalu sehat, ke rumah sakit cuma waktu lahiran aja, itu pun lahiran normal. Saya tahu saya nggak boleh panik. Akhirnya, waktu itu saya bilang sudah, tidak apa-apa, kita jalanin bareng-bareng,” cerita Martin.
Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Siloam Hospitals Kebon Jeruk, dr. Ferdhy Suryadi Suwandinata, SpOG-KFER mengenang bagaimana Sagita pertama kali datang ke rumah sakit. Pada saat itu Sagita mengeluhkan nyeri perut bawah dan nyeri haid.
Ketika diperiksa oleh dokter, rasa nyeri yang dirasakan Sagita dalam Visual Analog Scale (VAS) score sudah mencapai 9 dari 10. Artinya, nyeri yang dirasakan oleh Sagita terbilang sangat kuat.
Setelah itu, dr. Ferdhy akhirnya memutuskan untuk melakukan pemeriksaan USG di tubuh Sagita dan menemukan kista tersebut.
“Jadi setelah Ibu Sagita dilakukan pemeriksaan di USG, maka ditemukan adanya kista di sebelah kiri ukurannya 13,5 cm, dan itu adalah kista endometriosis serta mioma di bagian posterior sekitar 5 cm,” kata dr. Ferdhy.
Sagita Harus ke Meja Operasi
Menurut dr. Ferdhy, kista endometriosis yang besar umumnya dapat memicu pelekatan pada organ sekitarnya. Beberapa organ yang dimaksud seperti usus, ureter-saluran kencing, hingga kandung kencing.
Berkaitan dengan kondisi yang dialami oleh Sagita, dr. Ferdhy menyebut laparoskopi adalah prosedur bedah yang paling cocok untuk dilakukan. Terlebih, Siloam Hospitals Kebon Jeruk juga memiliki teknologi robotik Da Vinci Xi.
Prosedur laparoskopi dengan teknologi robotik Da Vinci Xi memiliki banyak keunggulan. Da Vinci Xi merupakan teknologi bedah pendekatan robotik modern yang memungkinkan operasi lebih presisi dengan sayatan minimal, risiko lebih rendah, dan pemulihan lebih cepat.
“Pada pengobatan Ibu Sagita dengan menggunakan robotik Da Vinci XI memiliki keuntungan, satu tentu, karena ini sifatnya laparoskopi dan robotik adalah sama, maka kita bisa mencapai target organ dengan secara spesifik ya. Artinya, kalau di operasi konvensional itu misalnya ada perlengketan di daerah belakang, itu akan sulit dicapai, tapi dengan robotik ini sangat mudah,” jelas dr Ferdhy.
“Jadi bener-bener bisa step by step-nya layer per layer, itu kita bisa lakukan pemotongan dengan akurat dan presisi,” sambungnya.
Pentingnya Arti Kesembuhan Bagi Sagita
Proses operasi yang dijalani oleh Sagita berjalan dengan lancar. Meski prosedur yang dijalaninya sudah usai, saat itu Sagita mengaku masih sedikit cemas. Ini berkaitan dengan pemeriksaan lab pada kista yang ada di dalam tubuh Sagita.
Pemeriksaan tersebut akan menentukan apakah kista yang muncul di tubuh Sagita bersifat ganas atau jinak.
“Dan sebenarnya waktu selesai operasi pun saya masih merasa takut karena belum ada hasil keluar lab yang menentukan apakah itu jinak atau ganas. Tapi syukurnya, setelah beberapa hari kemudian keluar hasil lab, dan jinak sih. Dan itu yang membuat saya sangat bersyukur dan happy,” kata Sagita.
Bagi Sagita, kesembuhan bukan hanya soal sembuh dari penyakit yang dialami, tapi bagaimana bisa tetap ‘hidup’ setelahnya. Ini menjadi sebuah momen yang besar baginya untuk bisa menghabiskan lebih banyak waktu untuk keluarga, khususnya anak-anak.
“Kesembuhan buat saya bukan cuma sembuh dari penyakit, tapi soal bisa hidup penuh lagi untuk orang-orang yang saya sayangi. Saya kembali, saya utuh, dan untuk diri saya sendiri dan untuk mereka yang saya sayangi,” tutur Sagita.
Dalam pencegahan berbagai penyakit, termasuk kista endometriosis, dr. Ferdhy mengingatkan pentingnya melakukan pemeriksaan dini. Ada banyak kondisi kesehatan yang tidak menunjukkan gejala awal atau tanda ringan.
Gejala seringkali justru baru muncul ketika penyakit yang ada di tubuh sudah masuk tahap lanjutan. Oleh karena itu, sebenarnya tidak ada salahnya untuk rutin memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, meski dalam kondisi tubuh yang sehat.
“Jadi dengan melakukan deteksi dini, maka penyakit-penyakit seperti endometriosis, kanker, itu akan bisa ditemukan dalam stage atau stadium yang lebih awal, maka bisa penanganan yang lebih tepat dan mencapai kualitas hidup yang jauh lebih baik,” kata dr. Ferdhy.
Martin mengaku bahagia dengan perkembangan istrinya. Pasca operasi, kondisi kesehatan Sagita terus membaik sehingga bisa beraktivitas sediakala lagi.
Ia hanya berharap istrinya bisa terus sehat sampai tua nanti. Dengan begitu, ia juga bisa melihat perkembangan anak-anak hingga dewasa bersama-sama sang istri.
“Pesan saya ya mudah-mudahan sehat-sehat terus. Nggak usah pakai sakit-sakit lagi, bisa bareng-bareng sama saya, sampai tua nanti, melihat anak-anak lulus sekolah, bisa menimang cucu, mudah-mudahan sampai cicit,” tandas Martin seraya berharap.
Halaman 2 dari 4
(avk/up)
