Jakarta –
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak Israel segera mempercepat evakuasi medis di tengah kondisi warga Gaza semakin memprihatinkan. Menurut Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus sejauh ini pihak Israel masih sangat lambat menangani banyaknya korban luka parah di tengah serangan, yang juga menyasar rumah sakit.
WHO melaporkan hanya ada 5.383 pasien yang dievakuasi sejak perang dimulai Oktober 2023. “Artinya, hanya bertambah 436 orang sejak penyeberangan Rafah ditutup,” kata Tedros dalam sebuah pernyataan yang diunggah di media sosial.
Ia mengatakan lebih dari 12.000 orang masih membutuhkan evakuasi medis.
“Pada tingkat ini, akan memakan waktu 5-10 tahun untuk mengevakuasi semua pasien yang sakit kritis ini, termasuk ribuan anak-anak. Sementara itu, kondisi mereka memburuk dan beberapa meninggal,” wanti-wanti WHO.
Tedros melaporkan baru ada 55 pasien dan 72 pendamping dievakuasi ke Uni Emirat Arab (UEA) pada 31 Desember.
UNICEF melaporkan lima anak muda dilaporkan tewas pada Rabu malam, dan yang lainnya terluka, dalam serangan terhadap sebuah tenda di Mawasi, yang disebut sebagai ‘zona aman’.
Saat ini lebih dari 80 persen Jalur Gaza berada di bawah perintah evakuasi Israel. Di tengah situasi ini, kemampuan pekerja kemanusiaan untuk membantu orang-orang yang membutuhkan di seluruh Gaza semakin berkurang.
“Desember menjadi kondisi yang sangat tragis saat beberapa pembatasan terberat terhadap pergerakan kemanusiaan semakin banyak. Ini termasuk memblokir akses ke daerah perbatasan untuk mengumpulkan pasokan dan menolak upaya untuk mengirimkan barang dan jasa atau menilai kebutuhan di seluruh Gaza,” kata OCHA.
Secara keseluruhan, Israel menolak 39 persen upaya PBB untuk memindahkan pekerja bantuan ke mana pun di Gaza, dengan 18 persen lainnya terganggu di lapangan atau terhalang.
Selain itu, untuk daerah yang terkepung di Gaza Utara, akses telah ditolak selama 88 hari berturut-turut, atau sejak 6 Oktober.
(naf/kna)