Kisah Eko dan Agus, Persahabatan 2 Rekan Kerja di Jombang yang Berujung Pembunuhan Sadis

Kisah Eko dan Agus, Persahabatan 2 Rekan Kerja di Jombang yang Berujung Pembunuhan Sadis

Jombang (beritajatim.com) – Malam itu, Sabtu (8/2/2025), suara tawa dua sahabat, Eko Fitrianto (38) dan Agus Sholeh (37), masih terdengar di hamparan sawah di Desa Dukuharum, Kecamatan Megaluh.

Gelas-gelas plastik berisi minuman keras saling beradu, menemani perbincangan mereka yang tampak akrab. Namun, siapa sangka, pesta miras itu berujung tragedi. Empat hari berselang, warga digegerkan dengan penemuan jasad Agus Sholeh dalam kondisi tanpa kepala.

Kisah ini bukan sekadar tentang pembunuhan biasa. Ini adalah kisah tentang dua sahabat yang pernah berbagi keringat di bawah atap pabrik plywood di Jombang. Dua pria yang pernah berjalan seiring mencari nafkah, kini harus terpisah oleh maut dengan cara yang mengerikan.

Persahabatan di Pabrik 

Eko adalah warga Dusun Plosowedi Desa Plosogeneng Kecamatan Jombang, Sedangkan Agus warga Desa Jatirejo Kecamatan Diwek. Keduanya bukanlah orang asing. Mereka sudah saling mengenal sejak bekerja di pabrik plywood Jombang beberapa tahun lalu. Mereka kerap berbagi cerita tentang hidup, pekerjaan, dan kesulitan ekonomi yang membayangi mereka.

Sejumlah rekan kerja mereka mengingat Eko sebagai sosok yang pendiam tetapi sesekali bisa temperamental. Sementara itu, Agus dikenal sebagai pria yang pendiam. “Rekan kerja saat di pabrik plywood Jombang,” kata kakak korban, Yusuf Dedi (42).

Pesta Miras yang Berubah Jadi Ajal

Malam naas itu, Eko dan Agus kembali bertemu di pinggiran sawah Desa Dukuharum. Mereka menenggak miras bersama. Awalnya, suasana masih cair. Namun, seiring bertambahnya kadar alkohol di tubuh, tensi di antara mereka meningkat.

Menurut Kasatreskrim Polres Jombang AKP Margono Suhendra, perdebatan mulai terjadi di tengah pesta miras. Suara mereka meninggi, tangan mulai mengepal. Hingga akhirnya, Eko kalap. Tanpa pikir panjang, dia menghantam kepala sahabatnya hingga tersungkur.

Eko belum puas. Dia menggeber sepeda motornya menuju rumah. Tujuannya, mengambil sosrok, yakni senjata tajam yang biasa digunakan untuk memotong kayu. Kembali ke area persawahan, Agus masih tertelungkup namun masih bernyawa.

Saat itulah Eko menggorok leher sahabatnya berkali-kali hingga putus. Untuk menghilangkan jejak, potongan kepala tersebut ia bungkus menggunakan jaket korban dan dibuang ke sungai Dusun Ngrecuk Desa Sidomulyo Kecamatan Megaluh.

Jasad korban yang tanpa kepala kemudian dibenamkan ke saluran irigasi yang ada di dekat TKP (Tempat Kejadian Perkara). Sedangkan senjata tajam dibuang ke sungai Dusun Beweh Desa Ngogri Kecamatan Megaluh. Semua itu dilakukan oleh Eko untuk menghilangkan jejak kejahatannya.

Terungkapnya Pembunuhan dan Reaksi Keluarga

Empat hari berselang atau Rabu 12 Februari 2025, warga dibuat gempar dengan temuan jasad tanpa kepala. Sore harinya, potongan kepala ditemukan di tepi Sungai Konto Desa Pesantren Kecamatan Tembelang. Dua lokasi ini jaraknya 4 hingga 5 kilometer.

Polisi melakukan penyelidikan. Mayat tanpa kepala teridentifikasi sebagai Agus Sholeh. Sedangkan Eko ditangkap pada Rabu 19 Februari 2025. Saat diinterogasi, Eko hanya tertunduk. Dia mengaku tersinggung perkataan korban. “Perkataan apa yang membuat pelaku tersinggung, masih kita dalami,” kata Margono.

Sementara itu, keluarga korban juga tak percaya bahwa pria yang mereka kenal selama ini mampu melakukan tindakan sekeji itu. Yusuf Dedi (40), kakak kandung korban, tak kuasa menahan emosi saat berbicara tentang adiknya yang meregang nyawa dengan cara tragis.

Ia menegaskan bahwa keluarga ingin keadilan ditegakkan dan berharap pelaku dihukum setimpal. “Kami sekeluarga tidak pernah menyangka adik saya akan pergi dengan cara seperti ini. Dia orangnya tertutup, sepertinya tidak pernah punya musuh, kenapa harus jadi korban kebiadaban seperti ini?” ujar Yusuf dengan suara bergetar.

Tragedi yang Menyisakan Luka

Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa persahabatan bisa berakhir dengan cara yang tak terduga. Hanya dalam satu malam, dua kehidupan hancur—satu terbujur kaku di tanah, satu lagi terjerat hukuman yang akan menghantui sisa hidupnya.

Kini, kasus ini memasuki proses hukum. Polisi terus mendalami motif pembunuhan yang sebenarnya. Namun, satu hal yang pasti: malam pesta miras itu mengubah segalanya. Yang dulu sahabat, kini tinggal nama dalam kenangan. [suf]