Kisah Dai 3T Kemenag: Tausiah di Hadapan Pastor Kepala Suku di Pulau Buru, Maluku

26 March 2024, 0:30

PULAU BURU, suaramerdeka.com – Umat antar agama di daerah-daerah pedalaman di Pulau Buru, Maluku hidup dalam harmoni. Di Pulau Buru Maluku, mereka saling menghargai dan menghormati sehingga kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilaksanakan oleh umat yang tidak seiman dengan mereka bisa berjalan tanpa gangguan. Itulah yang dirasakan Ustaz Agus Salim, salah satu dari 500 dai yang dikirim oleh Direktorat Penerangan Agama Islam Kementerian Agama (Kemenag) untuk berdakwah di Desa Waeleman, Kecamatan Waelata, Kabupaten Buru, Maluku.
Baca Juga: 5 Tahap Menjinakkan Serigala di Game Minecraft, Butuh Tulang Skeleton Pada 10 Maret 2024 lalu ia diminta untuk menyampaikan tausiah dalam kegiatan Persiapan Memasuki Ramadhan.

Tausiah dilaksanakan di Halaman Masjid Dusun Waengura Desa Wamana Baru, Kecamatan Fena Leisela, Kabupaten Buru Maluku itu. Pada kesempatan itu, Ustaz Agus menyampaikan materi tentang pentingnya toleransi dan moderasi beragama dalam kehidupan masyarakat. Baca Juga: Kode Redeem ML Hari Ini, Bisa Tukarkan dengan Epic Skin hingga Diamond Mobile Legends Gratis Ia mengutip Surat Al-Mumtahanah Ayat 8: “Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” “Pengalaman saya diminta sebelum Ramadan untuk tausiah toleransi yang dihadiri pendeta, pastor, kepala desa, BPD, kepala suku yang masih non-Muslim.” ”Mereka sangat menerima kehadiran dai ,” kata Ustaz Agus, Minggu (24/3/2024). Kegiatan ini tidak hanya dihadiri oleh umat dan tokoh umat Islam setempat. Baca Juga: Kode Redeem FF Hari ini, Tukarkan Sekarang Secepatnya Seperti Agil Waemese (Kades Wamana Baru), Faldi Waemese (Sekdes Wamana Baru), Farid Waemese (Imam Masjid). Gusti Waemese (BKM Wamana Baru), dan lainnya, tetapi juga tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat non-Muslim. Seperti Luas Nacikit, Reing Nacikit, Robi Nacikit, Edi Waemese, Ranus Solisa, Seit Waemese, Al Umet Waemese, Ronir Waemese (Ketua BPD), Mimit Solisa (RW 04), dan Mani Ganti. Kekurangan Dai Ustaz yang aktif sebagai Pembina Muallaf dan Kemanusiaan Kabupaten Buru ini menuturkan, potensi berdakwah di Pulau Buru sangat besar karena ada banyak kampung mualaf yang membutuhkan pembinaan. Menurutnya, hampir setiap malam ada undangan untuk datang ke kampung pribumi dan mualaf untuk berbuka puasa bersama sekaligus menyampaikan kultum Ramadhan. Baca Juga: Sahabat Mega Terancam Tak Masuk Skuad Utama Red Sparks di Semifinal Liga Liga Voli Putri Korea Lawan Pink Spiders “Tantangannya adalah kurangnya sumber daya manusia (dai), terutama penduduk pribumi, dan tempatnya harus ditempuh jauh melewati hutan sehingga sering bermalam,” ceritanya. Sebagai gambaran betapa jauh dan berlikunya lokasi dakwah di sana Jakarta-Ambon memakan waktu dua jam dengan pesawat. Ambon-Pulau Buru (Namlea) membutuhkan waktu delapan jam. Baca Juga: 9 Kuliner Legendaris Salatiga yang Masih Lestari hingga Saat Ini, Ada yang Sudah Buka Sebelum Indonesia Merdeka Dengan Kapal Fery Namlea/ Pulau Buru- Waelata menghabiskan waktu tiga jam melewati pegunungan. Dengan mobil; Waelata ke Waeleman, desa lokasi membutuhkan waktu satu jam melewati hutan, jalan berlumpur, dan genangan air dengan ojek.Untuk menyiasati tantangan itu, Ustaz Agus selalu melakukan pembinaan ketika ada undangan ke kampung mualaf. Baca Juga: 7 Tips Meminjam Uang di Pinjaman Online Agar Tak Stres Gagal Bayar karena Pinjol Mengajak anak-anak di sana untuk belajar di pesantren, dan mendatangkan dai atau ustaz untuk mengajar dan melakukan pembinaan kepada masyarakat di sana. Ia mengaku selalu hadir setiap kali mendapatkan undangan dari masyarakat kampung mualaf. “Minta tolong untuk menjemput saya sehingga tidak kata untuk tidak memenuhi undangan mereka,” tegas Penyuluh Agama Islam Non-PNS Kabupaten Buru ini. Apresiasi Program Dai 3T Kemenag Ustaz Agus berterima kasih kepada Kementrian Agama RI yang telah mengadakan Program Dai 3T karena program ini bisa memenuhi kebutuhan masyarakat. Terutama dari sisi keagamaan. Menurutnya, masyarakat setempat sangat antusias dan merespons baik kehadiran dai 3T. “Pengalaman saya luar biasa masyarakat mengaggap saya segala-galanya tempat pertanyaan, curhat dan lain-lain padahal saya tidak punya ilmu banyak,” katanya dengan rendah hati. Baca Juga: 4 Tips Agar Kredit Tanpa Anggunan Disetuji Bank, Nomor 3 Sangat Menentukan “Semoga ini menjadi amal jariyah bagi semua yang terlibat dalam terlaksananya Program Dai 3T,” lanjut Ustaz Agus.Ia berharap Program Dai 3T bisa tetap berlanjut ke depannya, menjadi program tahunan, dan para dai yang dikirim bisa ditambah karena ada banyak daerah yang sangat membutuhkan kehadiran dai. Selain itu, ia mengusulkan agar waktu berdakwahnya diperpanjang hingga lebaran. ***

Tokoh

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Negara

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi