Kinerja Induk Google Moncer Kuartal III/2025, AI dan Cloud jadi Penopang

Kinerja Induk Google Moncer Kuartal III/2025, AI dan Cloud jadi Penopang

Bisnis.com, JAKARTA – Induk perusahaan Google, Alphabet Inc., mencatatkan kinerja di atas ekspektasi analis pada kuartal III/2025 seiring dengan lonjakan permintaan terhadap layanan cloud dan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

Melansir Bloomberg pada Kamis (30/10/2025), Alphabet mencatat penjualan sebesar US$87,5 miliar atau Rp1.450,8 triliun, tidak termasuk pembayaran kepada mitra.

Angka tersebut melampaui estimasi analis sebesar US$85,1 miliar. Sementara itu, laba bersih tercatat sebesar US$2,87 per saham, jauh di atas proyeksi US$2,26.

Perusahaan tengah menggelontorkan investasi besar-besaran untuk mempercepat pengembangan AI dan menyematkan kemampuan model bahasa besar (large language model) Gemini ke berbagai produk andalannya, termasuk mesin pencari. Belanja modal tahun ini diperkirakan mencapai US$91 miliar–US$93 miliar, naik dari estimasi sebelumnya US$85 miliar.

Meski Meta Platforms Inc. dan Microsoft Corp. juga berjanji meningkatkan belanja AI namun saham keduanya turun, Alphabet justru mampu meyakinkan investor bahwa ekspansinya berkontribusi langsung terhadap pertumbuhan bisnis — terutama pada segmen cloud computing dan iklan pencarian.

“Kami melihat AI kini benar-benar mendorong hasil bisnis di seluruh lini perusahaan,” ujar CEO Alphabet Sundar Pichai dalam konferensi dengan analis. “Momentum kami sangat kuat.”

Pichai menambahkan, pendapatan dari produk berbasis AI generatif tumbuh lebih dari 200% dibanding tahun lalu. Alphabet juga mencatat peningkatan penjualan alat AI untuk pelanggan Google Cloud.

Chief Financial Officer Anat Ashkenazi mengungkapkan sekitar 60% dari belanja modal kuartal lalu dialokasikan untuk server, sementara sisanya digunakan untuk pusat data dan peralatan jaringan guna mendukung ekspansi operasi AI.

Saham Alphabet ditutup naik 2,7% ke level US$274,57 pada perdagangan Rabu, dan telah menguat 45% sepanjang tahun ini.

Unit Google Cloud menjadi penopang utama pertumbuhan, dengan pendapatan melonjak 33,5% (yoy) menjadi US$15,2 miliar, melampaui perkiraan US$14,8 miliar. Laba operasional tercatat US$3,59 miliar, di atas estimasi analis US$3 miliar. Alphabet menyebut nilai kontrak cloud yang belum terealisasi mencapai US$155 miliar.

Menurut analis CFRA Research, Angelo Zino, backlog cloud Google memberi visibilitas kuat terhadap kinerja masa depan. Dia menilai kuartal ini menunjukkan penggunaan belanja yang efektif.

Sementara itu, bisnis iklan pencarian (search ads) tetap menjadi mesin utama dengan pendapatan US$56,6 miliar, melebihi proyeksi US$55 miliar. Unit ini masih mampu bertahan di tengah persaingan ketat dari chatbot berbasis AI, namun Google harus memastikan bisnis pencarian tetap menguntungkan.

Pusat strategi AI Alphabet adalah model Gemini, yang kini diintegrasikan ke dalam berbagai produk inti Google. Awal tahun ini, Google lolos dari gugatan antimonopoli besar di AS setelah hakim menilai bisnis pencarian perusahaan telah menghadapi ancaman nyata dari AI.

Tekanan kini datang dari pesaing seperti OpenAI, yang mulai meluncurkan layanan pencarian dan browser bertenaga AI. Menurut Synovus Trust, kehilangan pangsa pencarian Google terhadap ChatGPT telah melambat pada kuartal III/2025.

Analis BNP Paribas, Stefan Slowinski, menilai rencana restrukturisasi OpenAI yang membuka jalan bagi model bisnis berorientasi profit dapat memperkuat kompetisi langsung dengan Google dalam periklanan AI.

Unit video YouTube, yang tahun ini genap berusia 20 tahun, mencatat pendapatan US$10,3 miliar, melampaui perkiraan US$10 miliar. Platform tersebut kini juga mencatat 100 juta jam tayang video podcast per hari.

Sementara itu, divisi Other Bets — mencakup bisnis masa depan seperti Verily (kesehatan) dan Waymo (mobil otonom) — membukukan pendapatan US$344 juta dengan rugi US$1,43 miliar, sedikit lebih besar dari perkiraan rugi US$1,2 miliar.

Alphabet tengah memperluas operasi Waymo ke London dan Tokyo, serta menguji kendaraan otonom di New York City, ujar Pichai. Alphabet juga dilaporkan mendorong beberapa unit eksperimentalnya untuk beroperasi secara independen sebagai startup baru.