Sidoarjo (beritajatim.com) – Di era digitalisasi yang semakin berkembang, Ketua Komisi A DPRD Provinsi Jawa Timur, Dedi Irwansa, mengajak masyarakat untuk menjadikan digitalisasi sebagai strategi utama dalam mengangkat potensi wisata lokal di Jawa Timur.
Ajakan tersebut disampaikan saat menjadi pembicara dalam kegiatan bertajuk “Pelestarian Wisata Lokal Melalui Transformasi Digitalisasi”, sebuah forum yang menggandeng Diskominfo Provinsi Jawa Timur, influencer kreatif, serta jurnalis senior.
Dalam kesempatan itu, Dedi menilai Jawa Timur memiliki kekayaan cerita, budaya, dan kultur lokal yang sangat besar, namun belum dimaksimalkan secara optimal. Menurutnya, pelaku wisata dan penggerak ekonomi kreatif harus berani mempromosikan potensi daerah melalui platform digital agar dapat dikenal lebih luas.
“Saya secara pribadi melihat kita ini punya banyak potensi kisah, budaya, dan kultur lokal yang sangat kaya. Hari ini semua itu harus diviralkan, tapi bukan hanya viral untuk dilihat publik. Viral itu harus mengajak publik ikut terlibat, membangun, dan berinvestasi,” ujar Dedi, Jumat (21/11/2025).
Dedi menekankan bahwa ekonomi kreatif kini telah menjadi “mesin ekonomi baru” yang wajib disambut para pelaku wisata desa. Ia mencontohkan sejumlah destinasi yang mulai berkembang seperti Barco, Bulan Barat, hingga Renco yang kini diproyeksikan sebagai spot wisata baru.
“Desa harus mengeksplor potensi masing-masing. Banyak destinasi yang bisa naik kelas kalau bisa ditampilkan dengan cara yang benar. Karena kalau hanya mengandalkan fiskal desa, kita akan semakin tertinggal,” jelasnya.
Ia juga menegaskan pentingnya peran Diskominfo untuk mendigitalisasi destinasi wisata agar dapat diakses publik secara lebih luas melalui platform online.
“Diskominfo punya peran vital. Walaupun fokusnya pada digitalisasi, ini jadi jembatan agar destinasi-destinasi di Sidoarjo dan Jawa Timur bisa dilihat publik, bahkan dari daerah lain,” katanya.
Dalam paparannya, Dedi turut menyoroti minimnya ikon oleh-oleh khas Sidoarjo yang dapat menjadi daya tarik wisatawan. Ia menilai identitas produk khas yang dulu kuat, seperti sentra tas Tanggulangin maupun petis, kini perlu dikaji ulang bersama para pelaku UMKM.
“Wisata itu tidak cukup hanya destinasi. Orang datang harus bisa membawa sesuatu pulang. Dulu kita punya sentra tas Tanggulangin, petis, dan ragam makanan khas. Sekarang apa yang kita suguhkan? Ini harus dirumuskan bersama para pelaku,” tegasnya.
Forum tersebut menghadirkan diskusi luas bersama influencer, praktisi digital, dan jurnalis senior terkait strategi promosi wisata di era baru. Para narasumber membahas cara memaksimalkan platform digital untuk mendorong engagement publik sekaligus menarik investasi di sektor ekonomi kreatif.
Forum ini diharapkan mampu menciptakan kolaborasi antara pemerintah daerah, komunitas kreatif, dan masyarakat desa dalam membangun ekosistem wisata yang modern, inklusif, dan berkelanjutan. [isa/ian]
