Keseimbangan Primer Surplus Tapi APBN 2023 Defisit, Kok Bisa?

3 January 2024, 7:25

Jakarta, CNBC Indonesia – Keseimbangan primer Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada 2023 untuk pertama kalinya surplus setelah 12 tahun terakhir mengalami defisit. Sebagai catatan surplus keseimbangan primer terakhir yakni pada 2011. Adapun, besaran surplus keseimbangan primer pada 2023 ini mencapai Rp 92,2 triliun.
Namun, di tengah surplusnya total pendapatan negara dikurangi belanja negara di luar pembayaran bunga utang itu, total postur APBN masih defisit senilai Rp 347,6 triliun atau setara dengan 1,65% terhadap produk domestik bruto (PDB).
Dipicu oleh belanja negara yang terealisasi Rp 3.121,9 triliun, atau tumbuh 0,8% dibanding realisasi 2022 sebesar Rp 3.096,3 triliun, sedangkan pendapatan negara hanya Rp 2.774,3 triliun atau tumbuh 5,3% dari capaian 2022 sebesar Rp 2.635,8 triliun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dengan besaran total defisit APBN di tengah surplusnya keseimbangan primer ini, lantas apa menandakan pemerintah banyak membayar bunga utang pada 2023?
Patut dipahami, keseimbangan primer merupakan selisih dari total pendapatan negara dikurangi belanja negara di luar pembayaran bunga utang.
Jika total pendapatan negara lebih besar daripada belanja negara di luar pembayaran bunga utang maka keseimbangan primer akan positif, yang berarti masih tersedia dana yang cukup untuk membayar bunga utang.
Sebaliknya, jika total pendapatan negara lebih kecil daripada belanja negara di luar pembayaran bunga utang maka keseimbangan primer akan negatif, yang berarti sudah tidak tersedia dana untuk membayar bunga utang.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Suminto tak menjawab saat ditanya terkait besaran bunga utang yang dibayar pemerintah pada 2023. Suminto hanya tertawa dan mengatakan tengah terburu-buru.
“Aku mau ada acara nih sama ibu,” ujar Suminto, di kantor pusat Kementerian Keuangan seusai konferensi pers APBN 2023, dikutip Rabu (3/1/2023).
Sementara itu Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu hanya menekankan, surplus keseimbangan primer itu menandakan APBN telah makin sehat, karena pendapatan sudah lebih tinggi dari belanja di luar pembayaran bunga utang.
“Artinya kita sudah sustainable, itu adalah fiskal yang sehat. Itu terjadi karena apa? Karena memang ekonomi kita tumbuh. Ekonomi kita tumbuh menghasilkan penerimaan negara yang tumbuhnya juga sesuai pertumbuhan ekonomi tersebut,” tegas Febrio di kantor pusat Kemenkeu.
Namun, dia menekankan, untuk besaran bunga utang sendiri sebetulnya terus mengalami penurunan pada 2023, tercermin dari suku bunga surat berharga negara (SBN) hingga akhir 2023 telah jauh di bawah asumsi awal APBN, yakni hanya sebesar 6,68% dari 7,9%.
“Itu dihasilkan karena kita memang punya kredibilitas fiskal yang makin kuat. Artinya penerimaan kita dibandingkan belanja kita, pertumbuhannya lebih cepat,” tutur Febrio.

Di sisi lain, dia melanjutkan, imbal hasil atau yield dari SBN 10 tahun dalam bentuk rupiah maupun valuta asing juga terus turun dari di kisaran 7% pada awal tahun menjadi hanya sebesar 6,48% pada akhir 2023.
“Karena kita sudah sangat kredibel, khususnya dalam beberapa tahun terakhir akibat kita mengelola fiskal kita dengan sangat prudent. Itu yang membuat surat utang kita diburu banyak investor, dan membuat bunga kita jadi lebih rendah dibandingkan negara-negara yang sebanding dengan kita,” ucap Febrio.
Sebagai informasi, dengan besaran defisit APBN 2023, pemerintah telah merealisasikan pembiayaan utang sebesar Rp 407 triliun. Turun drastis dari rancangan awal Rp 696,3 triliun, dan dari target Perpres 75/2023 sebesar Rp 421,2 triliun, serta turun 41,5% dari realisasi pembiayaan utang pada 2022 sebesar Rp 696 triliun.
Pembiayaan utang itu diperoleh dari penerbitan surat berharga negara (SBN) neto sebesar Rp 308,7 triliun atau turun 53,1% dari 2022 sebesar Rp 658,8 triliun, lalu dari pinjaman neto sebesar Rp 98,2 triliun atau naik hingga 164% dari realisasi pinjaman neto pada 2022 sebanyak Rp 37,2 triliun.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya

Parah! Dunia Lebih Pilih Bayar Utang dari Belanja Kesehatan

(haa/haa)

Partai

Institusi

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Negara

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi