Kerusakan Listrik Banjir Aceh Lebih Parah dari Tsunami 2004

Kerusakan Listrik Banjir Aceh Lebih Parah dari Tsunami 2004

Jakarta

Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo mengatakan dampak kerusakan sistem kelistrikan akibat banjir dan longsor di Provinsi Aceh kali ini jauh lebih besar bencana tsunami 2004. Kondisi ini terlihat dari jumlah titik kerusakan yang ada.

“Untuk bencana kali ini dibanding dengan tsunami 2004 itu sangat berbeda. Pada saat tsunami 2004, kerusakan sistem kelistrikan ada di delapan titik, sedangkan bencana kali ini di Aceh ada 442 titik,” kata Darmawan dalam Rakor Satgas Pemulihan Bencana DPR, disiarkan virtual, Selasa (30/12/2025).

Lebih lanjut, Darmawan melaporkan proses pemulihan sistem kelistrikan 15 dari 23 Kabupaten dan Kota di Provinsi Aceh sudah mencapai 100% dan 8 Kabupaten sisanya masih dalam proses perbaikan. Menurutnya kecepatan proses pemulihan kelistrikan pasca bencana ini sangat erat berhubungan dengan akses evakuasi material di lokasi.

Sebab untuk daerah-daerah yang aksesnya sudah terbuka, proses pemulihan sistem kelistrikan dapat berjalan dengan cepat. Sedangkan daerah-daerah yang masih terisolasi, proses pemulihannya mau tak mau menjadi lebih lambat.

“Tiga daerah dengan pemulihannya yang masih paling rendah adalah satu Aceh Tengah, ini adalah 70,8% desa sudah menyala, sisanya masih padam. Kemudian kedua adalah Bener Meriah, yaitu 83,6% desa dari 194 desa, masih ada 38 desa yang padam. Kemudian Gayo Lues dari 95 desa, 41 desa masih padam, 69,9% desa sudah menyala,” paparnya.

Darmawan turut memaparkan untuk proses evakuasi material kelistrikan di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah masih menggunakan udara. Sementara untuk proses evakuasi materian dan pemulihan di Kabupaten Gayo Lues sudah bisa dilakukan melalui jalur darat.

“Gayo Luwes ini ada berita yang cukup mengembirakan, jalur dari Langsa, Kutacane sampai ke Blangkejeren sudah mulai terbuka sehingga 210 tiang listrik kami sedang dalam perjalanan,” jelasnya.

“Sedangkan untuk Aceh Tengah dengan Bener Meriah, evakuasi 510 tiang listrik kami masih menggunakan Hercules dan juga udara, sehingga dalam hal ini masih sekitar 70-80% yang sudah menyala, sisanya dalam proses menunggu juga evakuasi material kami menggunakan akses udara,” sambung Darmawan.

Di luar itu, ia mengatakan ada juga wilayah di Provinsi Aceh yang proses pemulihan sistem kelistrikannya bisa dilakukan dengan cepat. Namun kerusakan sistem kelistrikan di rumah pelanggan sekitar wilayah itu malah sangat berat.

Sebagai contoh ada Kabupaten Aceh Utara di mana dari 850 desa, hanya 2 desa yang padam. Namun kerusakan kelistrikan di rumah pelanggan PLN yang ada lebih dari 80 ribu rumah.

“Jadi untuk Kabupaten Aceh Utara pemulihan sistem listrikannya sudah sangat tinggi, tetapi dampak kerusakan dengan rumah pelanggannya sangat tinggi sekali dan ini terbesar di seluruh Aceh,” paparnya.

Begitu juga dengan kondisi Kabupaten Aceh Tamiang, di mana dari 209 desa hanya 7 desa yang masih padam dan sisanya sudah menyala. Namun jumlah rumah pelanggan PLN yang terdampak lebih dari 38 ribu rumah.

“Kemudian juga di Biren, itu desa menyala sudah dari 609 desa, 607 desa sudah menyala yang padam hanya 2 desa tetapi jumlah rumah terdampaknya lebih dari 31 ribu rumah. Kemudian dari Aceh Timur, ini dari 513 desa, 491 desa sudah menyala atau 95%, desa yang padam 22 desa, jumlah rumah terdampak lebih dari 11 ribu rumah,” terangnya lagi.

Pada akhirnya meski jalur evakuasi materian kelistrikan di sejumlah wilayah sudah terbuka dan dapat diakses PLN, namun kondisi ini tak serta merta langsung membuat listrik di desa-desa terdampak dapat langsung dinyalakan.

“Jadi banyak sekali daerah kabupaten yang Aceh Utara, Aceh Damiang, Biren, Aceh Timur, yang pemulihan listriknya berjalan dengan sangat cepat tetapi rumah pelanggan dari PLN itu banyak sekali terjadi kerusakan dan masih tertimbun lumpur sehingga penyalaan dari rumah ke rumah masih membutuhkan waktu lagi,” ucap Darmawan.

Tonton juga video “Purbaya Tanya Utang Jembatan Aceh Jaminan Apa? Maruli: Ya Tentara Pak”

(igo/fdl)