JAKARTA – Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) menyatakan siap mendukung pencapaian ketahanan pangan nasional, yang tercantum dalam Asta Cita Presiden-Wakil Presiden Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Pelaksana tugas Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan (Dirjen Risbang), Fauzan Adziman menyoroti beberapa komoditas pangan penting Indonesia, pemenuhan suplainya masih tergantung impor.
“Kami sudah bertemu dengan lebih dari 25 pakar dari perguruan tinggi untuk membahas strategi-strategi yang dapat dikembangkan. Sejauh ini, strategi penting nomor satu adalah benih unggul,” katanya dilansir ANTARA, Sabtu, 4 Januari.
Fauzan menilai pengembangan benih unggul di Indonesia masih sangat terbatas dan masih banyak tergantung pada benih impor. Untuk itu, perlu digalakkan riset dan inovasi untuk menghasilkan benih-benih unggul untuk berbagai komoditas pangan yang penting.
Strategi berikutnya, kata dia, adalah intensifikasi, karena dapat diimplementasikan tanpa memperluas lahan areal tanam. Strategi ini lebih mengutamakan penggunaan teknologi dalam budi daya pertanian.
Contohnya, kata Fauzan, di Bondowoso, Jawa Timur, produksi padi hanya bisa menghasilkan gabah sebanyak 5 ton per hektare, jika tanpa dilakukan intensifikasi.
Dengan implementasi intensifikasi pertanian berbasis riset organik, lanjutnya, produksi bisa meningkat menjadi 8 ton per hektare.
Fauzan menekankan peran riset dalam upaya mencapai ketahanan pangan adalah untuk meningkatkan nilai tambah baik dalam hal produktivitas benih melalui teknologi genomics.
Selain itu, riset juga berperan dalam optimalisasi penggunaan lahan melalui implementasi berbagai teknologi, baik berbasis internet of things (IoT) maupun kecerdasan buatan.
“Jadi, tanpa memperbesar lahan, dapat meningkatkan produktivitas pertanian yang bermuara pada pencapaian ketahanan pangan,” tutur Fauzan Adziman.