Seoul –
Luas kebakaran hutan di Korea Selatan meningkat dua kali lipat pada hari Kamis (27/5), berdasarkan informasi pihak berwenang. Jumlah korban tewas juga tercatat meningkat menjadi 27 orang dan lebih dari 30 orang terluka, mengutip informasi kantor berita Yonhap di Seoul.
Kebakaran hutan kali ini diyakini mencatat rekor paling mematikan di Korea Selatan, menurut pihak berwenang. Mereka menambahkan informasi bahwa kebakaran ini telah menghanguskan lebih dari 35.000 hektar lahan.
“Kami berada dalam situasi darurat nasional dengan banyak korban jiwa akibat penyebaran titik api yang begitu cepat, hal ini belum pernah terjadi sebelumnya,” ujar pelaksana tugas presiden, Han Duck-soo, dalam sebuah rapat terkait penanggulangan bencana.
Kebakaran menyebar dipicu angin kencang
Pusat penanggulangan bencana Korea Selatan melaporkan, kebakaran tersebut telah menghancurkan 325 gedung dan bangunan, dan memaksa lebih dari 37.180 orang mengungsi.
Pemerintah pusat di Seoul menyebutkan, pihaknya telah mengerahkan lebih dari 9.000 personil dan sekitar 120 helikopter untuk memadamkan api pada Kamis pagi (27/03)
Militer turut menyediakan stok bahan bakar penerbangan, untuk mendukung helikopter pemadam kebakaran agar tetap mengudara, dan dapat memadamkan api di wilayah pegunungan bagian tenggara.
Lansekap pegunungan yang dimiliki Korea Selatan membuat petugas pemadam kebakaran mengandalkan helikopter untuk memadamkan api yang menyebar cepat. Seorang pilot helikopter dilaporkan tewas pada hari Rabu (26/3), dalam kecelakaan tunggal ketika mencoba memadamkan kebakaran.
Helikopter berulang kali melintas di atas gunung, menjatuhkan air, dan hal ini tampaknya cukup membantu karena asap tebal menghilang di kemudian hari.
Pelaksana tugas presiden, Han Duck-soo, mengatakan pada hari Rabu bahwa para petugas sedang terus berjuang untuk memadamkan api yang menyebar dengan cepat dikarenakan angin kencang dan kondisi cuaca yang kering.
Kebakaran hutan menghancurkan kuil bersejarah
Sejumlah benda-benda peninggalan sejarah, termasuk patung-patung Buddha di bagian tenggara negara tersebut telah dipindahkan dari lokasi rawan kebakaran menurut Korea Heritage Service (Dinas Kebudayaan Korea).
“Sekitar 750 orang dikerahkan ke lokasi situs-situs bersejarah pada hari Rabu, melakukan pemeriksaan serta tindakan penyelamatan darurat,” kata dinas tersebut dalam sebuah pernyataan.
Dinas tersebut mengatakan setidaknya 18 situs bersejarah, termasuk situs kompleks kuil Gounsa di Uiseong, telah hancur dilalap api pada hari Kamis.
Sebanyak 1.566 benda bersejarah lainnya dinyatakan hilang dalam kebakaran tersebut.
Ditengah keputusasaannya, pihak berwenang berusaha mengerahkan fire retardant dan langkah-langkah lainnya untuk menghambat penyebaran api demi menyelamatkan bangunan-bangunan bersejarah beratap jerami di desa Andong Hahoe. Desa tersebut yang merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO, terletak sekitar 190 kilometer di tenggara ibu kota Seoul.
Situs bersejarah pusat pemerintahan Dinasti Joseon (1392-1910), yang memerintah di Semenanjung Korea selama lebih dari lima ratus tahun, hingga hari Kamis masih dilaporkan selamat dari api.
Apa penyebab kebakaran?
Pihak berwenang menduga adanya faktor kelalaian manusia, yang menjadi penyebab kebakaran hutan, dengan mengutip beberapa kasus di mana orang-orang menyalakan api ketika membersihkan rumput yang tumbuh di makam keluarga, atau percikan api yang merambat saat melakukan pengelasan.
Menteri Kehutanan Korea Selatan, Lim Sang-seop mengatakan, sedikit hujan diperkirakan akan turun di daerah tersebut pada hari Kamis, namun volumenya tidak cukup untuk memadamkan api.
Lee Han-kyung, wakil kepala pusat tanggap bencana pemerintah, mengatakan dalam sebuah pertemuan pada hari Kamis bahwa kebakaran hutan telah kembali mengungkapkan “realitas krisis iklim yang belum pernah kita alami sebelumnya,” tulis kantor berita Yonhap.
slc/as (AP, Reuters)
(nvc/nvc)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini