Surabaya (beritajatim.com) – Keajaiban datangnya tidak bisa diperkirakan. Keajaiban hanya datang ketika manusia terus berusaha tanpa mengenal lelah. Dalam kasus tewasnya Maya Dwi Ramadhani (21) Mahasiswi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya yang tewas saat mengejar jambret. Keajaiban datang kepada kakak kandung Maya yang saat itu kebingungan mencari lokasi keberadaan adik gadisnya.
Jam sudah menunjukan pukul 01.30 WIB, Maulidia Eka bingung mencari keberadaan adiknya yang baru saja menjadi korban Jambret di Jalan Arjuno pada Kamis (23/05/2024) malam. Saat itu, Maulidia baru saja mendapatkan informasi dari saksi yang melihat adiknya di Jambret. yang diketahui oleh Maulidia, dua pelaku jambret gagal membawa tas milik adiknya. Tas itu lalu diamankan saksi dan kembali diambil oleh Maulidia di rumah saksi di Jalan Dupak.
Perempuan berusia 23 tahun itu melihat barang-barang yang diamankan seperti dompet, Iphone dan chargernya benar milik adiknya. Walaupun barang adiknya ditemukan, pikiran Maulidia kalut. karena Maya tidak diketahui keberadaanya. Maulidia pun memutuskan untuk mencari adiknya berkeliling di sekitar Jalan Arjuno.
Waktu terus berlalu, angin malam semakin menusuk ke dalam tulang. Maulidia saat itu bersama ibunya Millah menyusuri jalan Tanjung Perak hingga ke BG Junction. Mereka berkeliling melewati Pom Bensin Bubutan hingga Jalan Pahlawan.
Sambil keliling, Maulidia tersadar bahwa motor Honda PCX Merah yang dikendarai adiknya dipasangi oleh GPS. Ia pun membuka aplikasi GPS itu untuk menemukan lokasi sepeda motor Maya. Asumsinya, sepeda motor Honda PCX itu masih dikendarai oleh Maya.
“Namun, karena aplikasi GPS nya akhir-akhir ini belum dibayar, jadi ga bisa kelacak posisinya dimana,” kata Milah, ibu kandung dari Maya, Minggu (26/05/2024).
Selama satu jam lebih Maulidia dan Millah mencari Maya namun tidak menemukan hasil. Aplikasi GPS itu merupakan satu-satunya cara agar Maya cepat ditemukan, pikir Maulidia. Maulidia tidak berhenti memencet aplikasi GPS-nya.
Rasa lelah fisik dan pikiran sudah mulai menyerang. Harapan untuk menemukan Maya sudah semakin menipis.
Di sela-sela rasa pasrah itu, keajaiban datang. Tiba-tiba aplikasi GPS yang sudah tidak dibayar dan tidak bisa digunakan itu menunjukan dimana letak sepeda motor Maya. Lokasinya berada di kantor Polsek Bubutan. Maulidia bersama Milah pun langsung menuju kantor Polsek Bubutan.
Sesampainya di kantor Polsek Bubutan, Maulidia dan Milah menemukan sepeda motor honda PCX merah milik Maya. Namun tetap keberadaan Maya tidak ditemukan.
Mereka pun menanyakan keberadaan Maya ke anggota Polsek Bubutan. Bak disambar petir, Maulidia kaget ketika anggota Polsek Bubutan memberi tahu bahwa Maya dalam kondisi kritis karena kecelakaan usai mengejar jambret di Jalan Semarang.
Maya kritis setelah pelaku jambret bisa menendang sepeda motor Honda PCX yang dikendarai Maya. Maya lalu terlempar ke sisi kanan. disaat yang bersamaan, ada mobil yang melintas. Tubuh Maya lantas terlindas mobil. Sekujur tubuh Maya pun luka-luka.
“Saya melihat ada jahitan baru di tulang rusuk dekat ketiaknya. Lalu di bagian punggung anak saya itu memar semua,” tutur Milah dengan nafas berat menahan tangis.
Oleh petugas Polsek Bubutan, Mauilidia dan Milah diarahkan menuju RSUD dr. Soetomo karena Maya dievakuasi dalam kondisi kritis setelah dengan luka pendarahan di kepala.
Maulidia dan Milah pun menuju rumah sakit. Di sepanjang jalan, Milah dan Maulidia tidak berhenti mengucap permohonan kepada sang Khalik agar Maya diberi keselamatan.
Sesampainya di Rumah Sakit dr Soetomo Maulidia mencari keberadaan adiknya di IGD. Namun ternyata Maya sudah dipindah ke salah satu lorong dalam kondisi tertutup kain putih.
“Di situ saya sudah histeris. Saya lihat rambut dan pakaiannya benar anak saya. Sambil menutup kainnya, saya bilang;ya Allah Surga kamu, Nak,” ucap Milah sambil menangis.
Kini keluarga akan medesak dan berdoa agar pelaku jambret yang menyebabkan Maya tewas segera ditangkap. Keluarga akan terus berusaha sampai keajaiban datang. Sama seperti ketika notifikasi GPS yang sudah tidak bisa muncul karena tidak dibayar kembali muncul normal. Keluarga akan terus menunggu keajaiban sembari mendoakan Maya agar tenang di sisi Allah SWT. [ang/but]
