Kasus Teddy Minahasa Konfirmasi Omongan Freddy Budiman

30 March 2023, 1:21

Jakarta, CNN Indonesia — Aliansi Masyarakat Sipil menilai kasus narkoba mantan Kapolda Sumatra Barat Irjen Teddy Minahasa mengonfirmasi pernyataan terpidana mati Freddy Budiman soal pengamanan aparat dalam bisnis narkotika.
Pengacara Publik LBH Masyarakat Ma’ruf Bajammal menyebut kasus Teddy menjadi kotak pandora kasus narkotika yang ditangani oleh kepolisian.
Ma’ruf mengatakan aparat penegak hukum yang telah menempati posisi tinggi pun dapat menyalahgunakan kewenangan yang dimilikinya.

“Yang hari ini terjadi terkait dengan kasus TM itu sebenarnya mengkonfirmasi apa yang disampaikan oleh Freddy Budiman pada waktu itu,” kata Ma’ruf dalam konferensi pers di Kantor YLBHI, Jakarta, Rabu (29/3).

Lebih lanjut, Ma’ruf juga menyingung pernyataan terdakwa Linda Pujiastuti alias Anita di persidangan yang pergi ke Taiwan bersama Teddy.
Linda menyebut Teddy meminta fee atau bayaran Rp100 miliar untuk meloloskan satu ton sabu ke Indonesia. Menurutnya, pernyataan Linda tersebut juga mengaminkan pernyataan yang disampaikan Freddy soal pengamanan aparat.
“Iya betul. Iya Freddy kan waktu itu bilang pernah ke pabriknya di Taiwan ya kan. Ini terjadi loh, wah ini deja vu aja seperti yang disampaikan Freddy waktu itu,” ujarnya.
Sebelumnya, Linda bercerita soal kunjungannya dengan Teddy ke Taiwan untuk menyepakati harga untuk meloloskan sabu ke Indonesia.
Menurut Linda, Teddy meminta fee atau bayaran Rp100 miliar untuk meloloskan satu ton sabu ke Indonesia. Namun, kesepakatan itu gagal.
“Kalau satu ton Pak Teddy mintanya Rp100 miliar, tapi karena waktu itu terlalu mahal, akhirnya enggak jadi,” kata Linda di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Barat, Rabu (15/3).

Diberitakan, pada Jumat, 29 Juli 2016 lalu, Ulil Abshar Abdalla membagikan sebuah tulisan berjudul “Cerita Busuk dari seorang Bandit” lewat akun Facebook.
Artikel itu memuat informasi percakapan antara Haris Azhar dengan Freddy Budiman dalam pertemuan di Nusakambangan pada 2014.
Dalam artikel itu menyebutkan adanya para pejabat elit kepolisian, BNN dan Bea Cukai yang bekerjasama mengamankan bisnis narkotika Freddy.
“Saya bukan bandar, saya adalah operator penyeludupan narkoba skala besar, saya memiliki bos yang tidak ada di Indonesia. Dia (bos saya) ada di Cina. Kalau saya ingin menyeludupkan narkoba, saya tentunya acarain (atur) itu. Saya telepon polisi, BNN, Bea Cukai dan orang-orang yang saya telpon itu semuanya nitip (menitip harga). Menurut Pak Haris berapa harga narkoba yang saya jual di Jakarta yang pasarannya 200.000 – 300.000 itu?” demikian kutipan dari artikel itu. (pop/fra)

[Gambas:Video CNN]

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi