Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Kasus Bunuh Diri RI Tinggi, Depresi Anak Muda Banyak Dipicu Faktor Orang Terdekat

Kasus Bunuh Diri RI Tinggi, Depresi Anak Muda Banyak Dipicu Faktor Orang Terdekat

Jakarta

CATATAN: Depresi dan munculnya keinginan bunuh diri bukanlah hal sepele. Kesehatan jiwa merupakan hal yang sama pentingnya dengan kesehatan tubuh atau fisik. Jika gejala depresi semakin parah, segeralah menghubungi dan berdiskusi dengan profesional seperti psikolog, psikiater, maupun langsung mendatangi klinik kesehatan jiwa. Layanan konsultasi kesehatan jiwa juga disediakan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia (PDSKJI) di laman resminya yaitu www.pdskji.org. Melalui laman organisasi profesi tersebut disediakan pemeriksaan secara mandiri untuk mengetahui kondisi kesehatan jiwa seseorang.

Tercatat sekitar dua persen penduduk Indonesia berusia 19 tahun ke atas mengalami masalah mental. Terbanyak berkaitan dengan depresi, gangguan kecemasan, hingga lebih serius skizofrenia.

Mengutip laporan kepolisian, Direktur Jenderal Kesehatan Jiwa Imran Pambudi menyebut sepanjang 2023 dilaporkan lebih dari 1.350 kasus bunuh diri. Namun, angkanya diprediksi lebih besar dari yang dilaporkan, bak fenomena gunung es.

“Diperkirakan angkanya mungkin tiga kali lipat lebih besar dibandingkan dengan yang tercatat,” beber Imran dalam konferensi pers, Jumat (13/12/2024).

Data ini sejalan dengan temuan beberapa tahun terakhir sejak 2018 hingga 2023. Nyaris teridentifikasi enam ribu kasus orang yang memiliki riwayat mengakhiri hidup atau mencoba melakukan percobaan bunuh diri.

“Dari total itu, 230 orang meninggal, meskipun setelah dirawat di RS, ada karena menenggak racun, dan lain sebagainya,” tandasnya.

Banyak kelompok muda disebutnya menghadapi persoalan depresi yang dilatarbelakangi faktor keluarga dan orang terdekat. “Jadi triggernya, seperti kasus kemarin, anak bunuh orangtua, karena mereka sendiri mengaku mendapat penekanan-penekanan,” imbuh dia.

Luka psikologis yang tidak teratasi ditekankan Imran berdampak pada otak.

“Orang lagi stres, saat di CT-scan otaknya berkabut,” tutur dia.

Karenanya, diperlukan ‘stress relief’ dengan beragam media termasuk kegiatan menulis, menggambar, mewarnai. Terlebih, yang bersangkutan perlu pendampingan teman bicara.

(naf/kna)