Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Kanker Kulit Juga Intai Usia Muda di RI, Dokter Wanti-wanti soal Ini

Kanker Kulit Juga Intai Usia Muda di RI, Dokter Wanti-wanti soal Ini

Jakarta

Data Globocan 2020 melaporkan kasus kanker kulit di Indonesia pada 2020 mencapai 18.000 dengan angka kematian sekitar 3.000. Spesialis kulit dr Irmadita Citrashanty, SpDVE, tidak menampik tren laporan kasus terus meningkat seiring dengan pemanasan global.

Paparan sinar ultraviolet dari matahari dapat menyebabkan rusaknya sel pada kulit, hingga menimbulkan kanker kulit.

Meski banyak warga Indonesia memiliki melanin tinggi yang konon membuat tidak lebih rentan terkena kanker, hingga kini belum ada penelitian lebih lanjut yang bisa memastikan keterkaitan tersebut. Karenanya, tetap penting melakukan pencegahan maksimal. dr Irmadita juga menekankan kanker kulit tidak selalu terjadi pada lansia.

“Kasus kanker itu biasanya memang terjadi lebih banyak pada usia tua, 40 tahun ke atas, tetapi pada usia lebih muda juga bisa terjadi, karena faktor genetik, misalnya xeroderma pigmentation,” bebernya kepada detikcom di temu media, kawasan Jakarta Selatan, Kamis (28/11/2024).

Kondisi langka yang diwariskan dalam keluarga, menyebabkan kulit dan jaringan yang menutupi mata menjadi sangat sensitif terhadap sinar ultraviolet (UV). “Dalam kasus itu, biasanya terjadi kanker kulitnya lebih muda, bahkan di usia 10 tahun, 12 tahun, sudah bisa terjadi,” tutur dia.

Cara Mencegah Risiko

Belum diketahui apakah terjadi peningkatan tren kasus kanker kulit di usia muda dalam beberapa tahun terakhir, tetapi penting untuk mewaspadai risikonya dengan penggunaan tabir surya yang tepat.

“Memang ada beberapa kali RS tempat kita kerja, kan sebagai rujukan terakhir, beberapa kali terdapat usia muda, tapi nggak muncul tiba-tiba, ada faktor underlying condition, atau riwayat kesehatan tertentu,” lanjutnya.

Faktor risiko yang bisa dicegah adalah pajanan sinar matahari. Seseorang sebaiknya memastikan perlindungan aman saat hendak ke luar rumah, termasuk memastikan index UV, menggunakan tabir surya sebanyak dua ruas jari, dan tidak lupa melakukan re-apply sunscreen setiap dua hingga tiga jam sekali.

“Pajanan sinar matahari tadi paling bahaya bisa jam 1 sampai jam 3 sore itu paling tinggi, masyarakat juga harus terbiasa memantau index UV, yang terpenting itu,” pungkasnya.

Perlukah SPF Tinggi?

Masyarakat kerap mencari SPF tinggi dalam penggunaan sunscreen, tetapi dr Irma mengimbau agar menyesuaikan penggunaan produk dengan kecocokan kulit.

“Kita juga tidak perlu khawatir berlebihan dengan produk dan klaim yang lagi marak saat ini, klaim palsu, bisa jadi itu marketing untuk menjatuhkan produk satu sama lain. Kita harus liat lisensi, kredibilitas lab yang memeriksa produk, terpenting selama sudah berizin BPOM RI, itu aman digunakan,” saran dia.

(naf/kna)