Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the acf domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/xcloud.id/public_html/wp-includes/functions.php on line 6121
Kanker Kolorektal di Milenial-Gen Z Singapura Naik, Ahli Wanti-wanti Makanan Ini – Xcloud.id
Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Kanker Kolorektal di Milenial-Gen Z Singapura Naik, Ahli Wanti-wanti Makanan Ini

Kanker Kolorektal di Milenial-Gen Z Singapura Naik, Ahli Wanti-wanti Makanan Ini

Jakarta

Singapura melaporkan lebih banyak usia muda yang terkena kanker kolorektal, yakni penduduk di usia 50 tahun ke bawah, termasuk kelompok milenial hingga gen Z. Sejumlah gejala yang umum ditemukan pada pasien kanker kolorektal usia muda meliputi:

Darah dalam tinjaNyeri perutPerubahan kebiasaan buang air besar.

Asisten profesor Dawn Chong, konsultan senior di divisi onkologi medis salah satu klinik Singapura, mengungkap pasien lebih muda seringnya terlambat terdiagnosis, tidak disadari sampai sudah di stadium lanjut, dibandingkan pada kelompok lebih tua.

Hal yang sama juga dialami salah satu warga Singapura, Tan didiagnosis kanker sebelum usia 50 tahun. Ia menyadari adanya darah dalam tinja, tetapi menganggap keluhan tersebut sebagai gejala wasir, karena memiliki riwayat penyakit demikian.

Ia menunggu dua hingga tiga bulan sebelum menemui dokter umum, yang meresepkan obat wasir. Awalnya pengobatan tersebut tampak berhasil, tetapi perdarahan kembali terjadi setelah seminggu.

Beberapa kali mengunjungi dokter umum dan tidak ada perbaikan, Tan, yang kini berusia 45 tahun, menemui dokter spesialis di klinik swasta.

Kolonoskopi menunjukkan adanya tumor di rektumnya. Untuk mengobati kanker tersebut, ia menjalani operasi pengangkatan tumor.

Tan, yang kini sudah menikah dan memiliki seorang putra, menyarankan orang-orang untuk tidak mengabaikan gejala. “Saya mengabaikan gejala darah dalam tinja,” dikutip dari Straits Times.

Ia mendorong mereka yang ragu untuk membicarakan masalah kesehatan dengan keluarga atau teman untuk mencari informasi dari sumber yang dapat dipercaya, dan berkonsultasi dengan dokter.

Sementara Lee, penyintas kanker kolorektal yang telah pulih sejak Mei 2023, terus melakukan pemeriksaan lanjutan di Rumah Sakit Umum Ng Teng Fong setiap enam bulan.

Meskipun sudah pulih, ia memutuskan untuk bergabung dengan kelompok pendukung SemiColon di Singapore Cancer Society pada 2024.

“Saya tahu bagaimana rasanya didiagnosis menderita kanker, jadi saya ingin memberikan dukungan kepada orang-orang yang mengalami perjalanan yang sama.”

dr Lionel Chen, konsultan di departemen bedah kolorektal Singapore General Hospital menyebut peningkatan kasus di usia muda menandakan perlunya skrining dilakukan lebih awal. Terutama pada mereka yang memiliki risiko genetik, riwayat kanker di keluarga.

Mengingat, saat ini kewajiban skrining masih berfokus pada usia di atas 50 tahun.

Meski terjadi kenaikan, kabar baiknya insiden kasus tetap lebih tinggi pada usia lanjut.

“Insiden kanker kolorektal di Singapura di kalangan orang dewasa muda tidak setinggi mereka yang berusia di atas 50 tahun, dan efektivitas biaya untuk menurunkan usia pemeriksaan kolorektal harus dipertimbangkan karena dapat menambah biaya yang besar bagi sistem perawatan kesehatan.”

Makanan yang Harus Dihindari

Untuk mengurangi risiko kanker kolorektal, para ahli menyarankan untuk menerapkan gaya hidup sehat, yang meliputi mengonsumsi makanan seimbang yang kaya buah, sayur, dan biji-bijian utuh, serta berolahraga secara teratur.

Selain itu, batasi asupan daging merah dan olahan, hindari konsumsi alkohol berlebihan, jangan merokok, dan jaga berat badan yang sehat.

“Jika memiliki riwayat keluarga kanker kolorektal, pertimbangkan untuk mendiskusikan pilihan pemeriksaan lebih awal dengan dokter Anda,” saran dr Chen.

“Pola makan yang banyak mengandung daging olahan dan daging merah, yang semakin umum di Asia karena urbanisasi dan pengaruh Barat, meningkatkan risiko,” lanjutnya.

Faktor penyebab lainnya termasuk kurangnya aktivitas fisik, pola makan rendah serat, dan obesitas.

(naf/kna)

Merangkum Semua Peristiwa