Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan yang bergerak di bidang menara telekomunikasi, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (Mitratel atau MTEL), PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR) dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) genjar menambah aset serat optik pada 2024 melalui jalur organik dan anorganik. Sementara itu, aktivitas akuisisi menara lebih landai dibandingkan 2023.
Diketahui pada 2023, PT Centratama Telekomunikasi Indonesia Tbk (CENT) mengakuisisi 397 aset menara telekomunikasi dari PT Anugerah Communication (PTAC) dengan nilai transaksi Rp1,15 triliun.
Kemudian, MTEL mengakuisisi 803 menara milik PT Gametraco Tunggal senilai Rp1,75 triliun dan 54 menara milik XL Axiata.
Adapun pada tahun ini, aktivitas akuisisi menara lebih landai. Pemain menara lebih fokus mencaplok aset serat optik.
Perusahaan menara menilai peran serat optik vital dalam memberikan layanan internet yang andal. Jaringan serat optik yang terhubung ke menara (fiber to the tower/FTTT) menjadi tren yang terus berkembang seiring dengan adopsi digital dan konsumsi layanan data yang terus meningkat.
Berikut ulasan sejumlah emiten menara dalam memperluas jaringan serat optik yang dimiliki.
Mitratel
PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel (MTEL) menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp5,6 triliun pada 2024, yang digunakan untuk berbagai kebutuhan termasuk FTTT.
Mitratel menargetkan dapat menambah serat optik baru sepanjang 10.000 kilometer, dan merangkul 4.000 penyewa baru pada 2024.
Dalam perkembangannya, Mitratel mengakuisisi tambahan jaringan fiber optik sepanjang 8.101 km usai mencaplok cucu perusahaan milik BUMN Karya PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) senilai Rp645,45 miliar.
Mitratel secara resmi meneken akta jual beli saham atau share purchase agreement (SPA) dengan entitas anak PTPP, yakni PT PP Infrastruktur terkait dengan pelepasan seluruh kepemilikan saham di PT Ultra Mandiri Telekomunikasi.
Mitratel secara rinci mengambil alih 42.570 lembar saham kepemilikan PT PP Infrastruktur di PT Ultra Mandiri Telekomunikasi atau setara 99,30% saham. Adapun nilai transaksi tersebut mencapai Rp645,45 miliar.
Aset menara milik MitratelPerbesar
Melalui jual beli saham ini, Mitratel akan mendapatkan tambahan jaringan fiber optik sepanjang 8.101 km dan billable length 12.524 km. Dengan demikian, total jaringan fiber MTEL bertambah dari 39.714 km menjadi lebih dari 47.800 km.
“Mitratel akan terus melakukan ekspansi secara selektif bukan hanya di bisnis menara namun juga di bidang fiber optik dan jasa penunjang lainnya,” ujar Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko, Rabu (4/12/2024).
EdgePoint
Sementara itu, Digitalbridge, perusahaan infrastruktur digital yang berbasis di Amerika Serikat, dikabarkan tengah mempertimbangkan berbagai opsi strategis terkait EdgePoint Infrastructure, unit bisnis mereka di Asia Tenggara.
Perusahaan ini adalah pemegang saham di balik PT Centratama Telekomunikasi Indonesia Tbk. (CENT) untuk pasar Indonesia.
Berdasarkan sumber Bloomberg yang dirilis Minggu (15/9/2024), opsi yang sedang dipertimbangkan yakni kemungkinan penjualan sebagian atau keseluruhan EdgePoint.
Menurut sumber tersebut, DigitalBridge sedang bekerja sama dengan penasihat keuangan untuk melakukan kajian strategis yang bisa menghasilkan transaksi penjualan EdgePoint.
Perusahaan diperkirakan mengincar valuasi hingga US$4 miliar (sekitar Rp61,64 triliun) untuk aset bisnis menara telekomunikasi ini. Meski demikian, penjualan EdgePoint Infrastructure masih dalam tahap awal pertimbangan.
Menurut sumber, DigitalBridge belum membuat keputusan akhir dan masih mungkin untuk membatalkan kesepakatan.
TOWR
Emiten menara Grup Djarum PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR) merampungkan akuisisi 90,11% saham emiten grup Sinarmas PT Inti Bangun Sejahtera Tbk. (IBST). Akuisisi tersebut dinilai mampu mendongkrak kinerja bisnis menara TOWR.
Advisor Group Investor Relation Sarana Menara Nusantara Adam Gifari mengatakan aksi korporasi tersebut mencatatkan transaksi yang cukup besar di industri menara. IBST pun memiliki kontrak jangka panjang yang cukup panjang.
“Ini [akuisisi IBST] membuat stabilitas cashflow. Akuisisi ini membuat kami nyaman,” kata Adam dalam Public Expose TOWR pada Rabu (28/8/2024).
Dengan akuisisi tersebut, TOWR pun akan menambah sekitar 3.300 menara dan sekitar 16.000 km aset fiber optik. TOWR mengejar pertumbuhan pendapatan sebesar 4-6% secara tahunan (year-on-year) pada 2024.
Ilustrasi menara telekomunikasi TOWRPerbesar
Dengan akuisisi ini, kepemilikan menara Protelindo akan melebihi 34.300 menara, dengan tingkat penyewaan mencapai hampir 58.000, serta peningkatan jaringan fiber optik mendekati 170.000 km. Nilai pengambilalihan saham IBST adalah sebesar Rp2.813 per lembar saham dengan total nilai transaksi mencapai sekitar Rp3,42 triliun untuk keseluruhan 90,11% saham IBST. Setelah penyelesaian transaksi, iForte akan melakukan penawaran tender wajib.
TBIG
Tower Bersama Infrastructure tidak melakukan aksi akusisi menara dan serat optik sepanjang 2024. Kinerja yang dibukukan mengalami pertumbuhan tipis.
Pada kuartal III/2024, pendapatan TBIG naik 3,51% YoY, dengan laba bersih meningkat hingga 4,38% YoY pada periode yang sama.
Pada sembilan bulan 2024, laba bersih emiten menara Grup Saratoga ini naik menjadi Rp1,16 triliun. Laba bersih perseroan pada periode yang sama tahun lalu tercatat sebesar Rp1,11 triliun.
Selain mencatatkan peningkatan pendapatan, TBIG pada periode tersebut juga mampu menjaga peningkatan beban. Pada periode Januari–September 2024, beban pokok pendapatan perseroan tercatat sebesar Rp1,45 triliun atau naik 5,64% YoY. Untuk beban lain-lain, TBIG mencatatkan peningkatan sebesar 4,97% YoY menjadi Rp1,58 triliun.