Jokowi Sudah Mau Lengser, Proyek Gas Masela Masih Mimpi!

14 June 2023, 13:22

Jakarta, CNBC Indonesia – Upaya pemerintah untuk mengembangkan proyek Blok Masela, Maluku, hingga kini masih belum menemui kejelasan. Kondisi diperparah dengan rencana cabutnya Shell Upstream Overseas Ltd, salah satu mitra Inpex Corporation dari proyek gas raksasa tersebut.
Padahal, pengembangan Blok Masela ini sudah ditetapkan sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) di era Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Persetujuan revisi 1 Rencana Pengembangan atau Plan of Development (POD) Blok Masela ini sudah diteken pemerintah pada 2019 lalu. Namun sayangnya, hingga kini belum ada progres signifikan.
Presiden RI Joko Widodo pun turun tangan. Presiden tetap menaruh perhatian khusus atas pengembangan proyek gas Blok Masela. Di sela kunjungannya ke Jepang beberapa waktu lalu, ia pun meminta komitmen Negeri Sakura itu untuk melanjutkan investasi di blok jumbo senilai US$ 19,8 miliar tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pertengahan tahun lalu, Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan Presiden memberikan arahan agar pengembangan Blok Masela dapat segera dikebut. Hal tersebut menyusul tindak lanjut dari pertemuan Presiden dengan Perdana Menteri Jepang.
“Ini Presiden kita tahu semua bahwa ada konsorsium dari Inpex (Shell) ini keluar dan Presiden ini sudah memerintahkan yang keluar ini digantikan oleh pengusaha nasional, baik itu melalui INA atau BUMN (Pertamina),” ungkap Bahlil dikutip dari Youtube Channel Sekretariat Presiden.
Terbaru, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyampaikan bahwa proses negosiasi pelepasan hak partisipasi atau Participating Interest (PI) sebesar 35% milik Shell di Blok Masela akhirnya mencapai titik temu.
Shell kabarnya sepakat untuk melepas PI Blok Masela kepada PT Pertamina (Persero). Ia pun menargetkan proses peralihan PI Blok Masela sebesar 35% dari Shell ke Pertamina dapat rampung pada akhir Juni ini.
“Mengenai Masela, Alhamdulillah Masela sudah ada titik temu sudah ada jalan keluar, Shell mau melepas sahamnya ke Pertamina, dan ini dieksekusi akhir bulan ini, telah disepakati,” ujar Arifin dalam Rapat Kerja bersama Komisi VII DPR RI, dikutip Rabu (14/6/2023).
Menurut Arifin, dengan cabutnya Shell dari proyek jumbo tersebut, maka Blok Masela nantinya akan dikelola oleh konsorsium Inpex Masela Ltd, Pertamina dan Petronas.
Meski demikian, masih ada sejumlah pekerjaan rumah (PR) yang masih menanti operator maupun Pemerintah Indonesia, agar proyek yang akan memproduksi gas alam cair (LNG) 9,5 juta ton per tahun (mtpa) ini bisa terbangun dan beroperasi.
Dalam Rapat Kerja bersama Komisi VII DPR RI, Arifin mengungkapkan status kemajuan dalam pengembangan proyek Blok Masela. Menurut dia, beberapa aspek teknis lingkungan komersial untuk pengembangan Blok Masela sejatinya sudah selesai dilaksanakan.
Namun demikian, masih ada beberapa hal yang masih menunggu kepastian investasi dari kantor pusat Inpex di Jepang.
Arifin menyebut, SKK Migas sudah menyetujui original Work Program & Budget (WP&B) 2023 untuk implementasi proyek pada 13 April 2023.
Terkait pengadaan lahan area non hutan, dia menyebut, Mahkamah Agung telah menetapkan putusan mengenai harga tanah hasil appraisal KJPP. Status saat ini penitipan uang ganti rugi telah dititipkan pada PN Saumlaki.
Sementara terkait kegiatan pemasaran (marketing activities), menurutnya Inpex selaku operator telah menandatangani nota kesepahaman (MOU) dengan beberapa calon pembeli potensial dalam negeri dan menandatangani LOI dengan beberapa calon pembeli potensial internasional. Artinya, belum ada kepastian Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) dengan pembeli potensial.
Sedangkan mengenai kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal), Komisi Sidang Amdal telah selesai pada tanggal 24 Juli 2022. Status saat ini persiapan restart Amdal dan menunggu keputusan kantor pusat Inpex terkait kejelasan rencana investasi dan pengembangan.
“Beberapa hal yang akan dilakukan di 2023 akan dilakukan tender untuk FEED offshore LNG, FPSO, SURF, dan GEP, di mana status saat ini persiapan dan menunggu keputusan Inpex HQ terkait kejelasan investasi dan pengembangan, serta revisi 2 POD-I karena SKK Migas dan Inpex sepakat untuk memasukkan CCS (Carbon Capture & Storage) ke dalam lingkup Revisi 2 POD-I,” beber Arifin.

Arifin membeberkan agar proyek Blok Masela dapat segera dilaksanakan, maka ada beberapa langkah yang harus dilakukan. Pertama, revisi ke-2 POD I Lapangan Abadi Masela dengan memasukkan skenario fasilitas Carbon Capture, and Storage (CCS).
“Dengan memasukkan program carbon capture dengan tambahan investasi kurang lebih US$ 1,1-1,4 miliar,” ungkap Arifin.
Inpex sendiri menurut dia telah menyampaikan surat Final Revisi 2 Rencana Pengembangan Lapangan 1 (Revisi 2 POD I) dengan memasukkan Carbon Capture Storage (CCS) kepada SKK Migas tanggal 4 April 2023.
Kemudian, langkah yang kedua yakni proses divestasi Shell untuk segera mendapatkan partner baru. Adapun calon pengganti Shell saat ini dalam tahap penyelesaian proses akuisisi hak partisipasi sebesar 35%.
Perlu diketahui, proyek ini dikatakan “raksasa” karena mulanya diperkirakan akan menelan biaya hingga US$ 19,8 miliar, belum termasuk penggunaan teknologi CCUS tersebut. Bila penerapan teknologi CCUS bisa meningkatkan investasi sekitar US$ 1,4 miliar, artinya investasi proyek gas Blok Masela ini bisa melonjak menjadi US$ 21,2 miliar atau sekitar Rp 318 triliun (asumsi kurs Rp 15.000 per US$).
Blok Masela ini merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) dan ditargetkan bisa menghasilkan gas “jumbo” sebesar 1.600 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau setara 9,5 juta ton LNG per tahun (mtpa) dan gas pipa 150 MMSCFD, serta 35.000 barel minyak per hari.
Proyek ini dikelola oleh Inpex Masela Ltd yang bertindak sebagai operator dan memegang hak partisipasi 65% dan 35% masih dipegang oleh Shell.
Inpex dan mitranya nantinya akan membangun Kilang Gas Alam Cair (LNG) di darat yang mulanya ditargetkan sudah bisa beroperasi pada 2027. Terbaru, operasional proyek ini diperkirakan mundur menjadi 2029.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya

Dikecam Menteri ESDM Soal Blok Masela, Ini Respons Shell

(wia)