Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the acf domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/xcloud.id/public_html/wp-includes/functions.php on line 6121
Jangan Diabaikan, Ini Tanda-tanda yang Perlu Dicurigai Anak Mengalami Autis – Halaman all – Xcloud.id
Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Jangan Diabaikan, Ini Tanda-tanda yang Perlu Dicurigai Anak Mengalami Autis – Halaman all

Jangan Diabaikan, Ini Tanda-tanda yang Perlu Dicurigai Anak Mengalami Autis – Halaman all

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Tanda umum autis sering kali terlewatkan. Ketika tanda autis semakin meningkat, barulah orang tua melakukan konsultasi ke dokter.

Dokter spesialis anak dr. Amanda Soebadi, Sp.A, Subsp.Neuro.(K),M.Med ungkap ada beberapa tanda yang jangan diabaikan dan dapat dicurigai sebagai autis

Pertama adalah defisit resiprokalitas sosial-emosional. Contohnya, mengalami kesulitan dalam melakukan percakapan dua arah. 

Anak menunjukkan kurangnya keinginan untuk berbagi minat atau emosi. 

Selain itu anak kesulitan untuk memulai atau merespons interaksi sosial.

Kedua, anak autis umumnya menunjukkan tanda defisit komunikasi non-verbal yang digunakan untuk interaksi sosial.

“Apa itu komunikasi non-verbal, yaitu komunikasi tanpa kata-kata. Bisa berupa mata kontak mata yang tidak lazim atau kontak mata yang terbatas. Susah banget untuk nyari kontak matanya. Terus kalau sudah ketemu kontak matanya misalnya dia cuma mau melihat kita sedetik,”ungkapnya pada media briefing virtual, Selasa(15/5/2025).

Biasanya anak tidak bisa mempertahankan kontak mata dengan lawan bicara. 

Atau, saat berbicara, isi pembicaraan dengan bahasa tubuh atau ekspresi wajah tidak sesuai. 

Misalnya anak menceritakan sesuatu yang sedih. Tapi anak bercerita sambil tertawa.  

Bisa juga anak menceritakan sesuatu yang bahagia, tapi ekspresi wajah terlihat datar. 

“Kalau anak remaja memang bisa gitu. Tapi kalau ini pada anak kecil harus hati-hati, mungkin ini adalah defisit komunikasi non-verbal,” imbuhnya. 

Ketiga, defisit dalam membangun, mempertahankan dan memahami konsep hubungan.

Sebagai contoh, anak kesulitan untuk menyesuaikan perilaku dengan konteks sosial.

“Misalnya usia sekolah, tapi dia kesulitan, atau tidak berminat untuk berinteraksi dengan teman sebaya,” lanjutnya. 

Kemudian ada pola perilaku minat, aktivitas yang terbatas atau repetitif.

Sebagai contoh, ada anak yang suka menepuk semua benda seperti kursi, meja, dan barang lainnya. 

Ada juga suka sekali membongkar mainan, dirapikan, kemudian dibongkar lagi tanpa tujuan yang jelas. 

“Yang populer adalah saya puter-puter roda. Mobil-mobilan diputar, sampai sepeda roda tiga yang gede pun dibalik rodanya diputer-puter. Tapi nggak pernah dinaikin. Kan tidak bertujuan tapi diulang-ulang,” jelasnya. 

Ada juga tanda lain seperti anak selalu ingin melewati jalan yang sama ketika pergi ke suatu tempat. 

Jika tidak dituruti, anak bisa mengamuk atau tantrum.

Keempat,  anak terlalu sensitif terhadap input sensorik tertentu.

“Misalnya apa? kalau ada suara tertentu, belum jelas suara apa, seperti suara ketok-ketokan, terus enggak tahan. Anak tutup kuping, ngumpet, kabur atau justru dia mencari input sensorik tertentu. Contohnya muter-muter tanpa tujuan,” tutupnya. 

 

Merangkum Semua Peristiwa