Jakarta –
Dharma Pongrekun menyebut lampu merah menjadi biang kemacetan di Jakarta. Untuk itu menurutnya lampu merah hingga separator jalan tak efektif mengurai kemacetan.
Calon Gubernur Jakarta nomor urut 2 Dharma Pongrekun menyorot keberadaan lampu merah yang tersebar di banyak jalan Jakarta. Menurut Dharma, keberadaan lampu merah itu justru menjadi biang kerok kemacetan.
Sebagai gantinya, kata Dharma, dia akan membangun underpass dan overpass di persimpangan yang selama ini menggunakan lampu merah.
“Jadi, supaya menghindari adanya lampu merah di persimpangan-persimpangan jalan, sudah ada teknologi yang hanya dalam 7 hari overpass dan underpass itu akan terbangun,” ungkap Dharma dikutip detikNews.
Menurutnya, lampu merah yang berfungsi untuk mengatur lalu lintas itu tidak efektif. Diakui Dharma, pihaknya telah memetakan sejumlah persimpangan yang kerap dilanda macet gegara lampu merah. Nantinya lokasi tersebut akan dibangun overpass dan underpass.
“(Titik prioritasnya) Di persimpangan-persimpangan jalan yang masih menggunakan lampu merah. Pokoknya titik macet sudah dipetakan. Jadi, harus diperbanyak. Jangan ada lagi lampu merah. Thamrin saja masih ada lampu merah,” lanjutnya lagi.
Fungsi Lampu Merah
Untuk diketahui, penggunaan lampu merah diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia nomor 49 tahun 2014 tentang Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL). Lampu merah disebut juga dengan APILL. Dijelaskan dalam aturan itu, APILL adalah perangkat elektronik yang menggunakan isyarat lampu yang dapat dilengkapi dengan isyarat bunyi untuk mengatur lalu lintas orang dan/atau kendaraan di persimpangan atau pada ruas jalan.
Khusus APILL tiga warna yang terdiri dari lampu merah, kuning, dan hijau dipergunakan untuk mengatur kendaraan. APILL tiga warna ini ditempatkan di pemisah lajur atau median menghadap arah lalu lintas kendaraan.
Selain lampu merah, Dharma juga menyoroti adanya separator jalan yang juga berkontribusi terhadap kemacetan Jakarta. Menurutnya, baik separator maupun lampu merah lebih efektif bila diganti dengan overpass maupun underpass.
“Karena nanti ada underpass-nya, ada overpass-nya. Dia akan lebih sirkulasinya akan jalan, kayak air,” tutup Dharma.
(dry/rgr)