ITSEC (CYBR) Perkuat Bisnis di Sektor Ritel dan UKM, Pendapatan Tumbuh 108%

ITSEC (CYBR) Perkuat Bisnis di Sektor Ritel dan UKM, Pendapatan Tumbuh 108%

Bisnis.com, JAKARTA — PT ITSEC Asia Tbk. (CYBR), perusahaan yang berfokus pada keamanan siber, fokus memperkuat bisnisnya di segmen ritel dan usaha kecil menengah (UKM) pada 2025. Perusahaan dalam jalur menjaga pertumbuhan tetap positif yang pada semester I/2025 tumbuh hingga tiga digit.

Merujuk laporan keuangan perusahaan semester I/2025, ITSEC membukukan pendapatan sebesar Rp230,44 miliar, naik 108% YoY. Pendapatan terbesar berasal dari jasa kemanan profesional (Rp202,3 miliar), dan layanan keamanan terkelola (Rp28,1 miliar).

Sebagai perusahaan keamanan siber lokal, ITSEC tidak hanya melayani pelanggan di Indonesia, juga pelanggan enterprise di sejumlah negara di Eropa, Afrika, Australia, dan Singapura.

Pada 6 bulan pertama 2025, pendapatan terbesar perusahaan berasal dari Singapura yang mencapai Rp133,5 miliar, lebih tinggi dari pasar di Indonesia (Rp77,9 miliar), dan Australia (Rp19,1 miliar). Klien besar ITSEC saat ini antara lain Serum Institute of India Pvt Ltd dan Bank Rakyat Indonesia (BRI).

Direktur ITSEC Asia Eko Prasudi Widianto tidak banyak berkomentar mengenai kinerja tersebut. Dia hanya mengatakan lompatan pendapatan yang dibukukan disebabkan oleh tingginya kepercayaan perusahaan di dalam dan luar negeri untuk menggunakan layanan ITSEC. 

Untuk meningkatkan pendapatan, khususnya di segmen ritel dan UKM, ITSEC mengandalkan Intellibron. IntelliBroń adalah platform keamanan siber terintegrasi untuk melindungi aset digital, terutama bagi usaha kecil dan menengah (UKM), dari serangan siber yang terus berkembang. Platform ini menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk mendeteksi dan merespons ancaman secara komprehensif dalam satu sistem yang terpadu. 

Tidak seperti solusi keamanan konvensional yang hanya berfokus pada satu aspek, IntelliBroń menyediakan perlindungan berlapis di seluruh sistem dan jaringan.

Didukung oleh teknologi AI, IntelliBroń juga mampu mendeteksi anomali, kerentanan zero-day, dan ancaman canggih (APT) yang mungkin luput dari sistem berbasis tanda tangan. AI ini terus belajar dari pola serangan baru untuk meningkatkan akurasi dan mengurangi kesalahan deteksi (false positive).

“Ini target marketnya menengah ke bawah,” kata Eko saat ditemui di Jakarta, Kamis (23/10/2025).

Eko menceritakan produk ini hadir setelah mendengar kebutuhan pelaku usaha UKM di daerah. ITSEC melihat banyak pelaku usaha kecil dan menengah yang tidak tahu solusi keamanan siber yang dibutuhkan untuk perusahaannya. Mereka sadar terhadap ancaman siber, tetapi bingung solusi yang tepat bagi skala bisnis usahanya.

Eko juga mengatakan solusi ini tidak hanya menyasar pelaku usaha kecil, juga dapat digunakan oleh 300 juta lebih smartphone yang beredar di Indonesia. Pengguna ritel dapat mengetahui file berbahaya yang terdapat di smartphone. Misal, file malware yang terdapat di pdf. aplikasi whatsapp, atau dokumen di aplikasi Telegram.

“Jadi selama 24×7, dia akan melakukan scanning, memeriksa sistem di customer tersebut. Kira-kira seperti apa nih kondisinya? sudah ada penyakit apa yang masuk? Owner akan tahu apa yang harus dilakukan dan melakukan pembersihan. Untuk ritel nanti ada pop up notifikasi,” kata Eko.