Jakarta –
Ramainya isu pertemuan antara hartawan Amerika Serikat (AS) Elon Musk dengan utusan Iran untuk PBB Amir Saeid Iravani dibantah oleh pihak Iran. Bantahan ini dipertegas dengan keterangan langsung dari pihak Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Iran.
Sebelumnya, sejumlah media seperti The New York Times memberitakan adanya pertemuan politik penting antara hartawan sekaligus orang dekat presiden AS terpilih Donald Trump itu dengan utusan pihak Iran pada Kamis (14/11) waktu setempat. Pertemuan berlangsung lebih dari satu jam.
Sementara itu, dilansir CNN, Jumat (15/11), pejabat pemerintahan Joe Biden di PBB tidak diberitahu bahwa pertemuan tersebut sedang terjadi, dan masih belum menerima konfirmasi independen mengenai kebenaran pertemuan itu, kata seorang pejabat AS kepada CNN.
Bantahan Tegas dari Iran
Dilansir kantor berita AFP, Sabtu (16/11), dalam sebuah wawancara dengan media pemerintah Iran, IRNA, Esmaeil Baghaei dilaporkan “dengan tegas menyangkal pertemuan semacam itu”. Baghaei menyatakan “terkejut dengan liputan media Amerika dalam hal ini”.
Sebelumnya, The Times melaporkan pada hari Jumat (15/11) dengan mengutip sumber-sumber anonim Iran yang menggambarkan pertemuan itu sebagai “positif”. Sejumlah surat kabar Iran, khususnya yang berpihak pada partai reformis pendukung Presiden Iran Masoud Pezeshkian, sebagian besar juga menggambarkan pertemuan itu secara positif.
Iran Minta Klarifikasi Isu
Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Abbas Araqchi turut membantah laporan terkait pertemuan tersebut dan mengatakan laporan itu adalah cerita yang dibuat-buat. Araqchi menilai laporan media AS itu merupakan bentuk uji coba. Iran kini meminta klarifikasi terkait isu tersebut.
Araqchi juga memperingatkan bahwa Iran “siap untuk konfrontasi atau kerja sama” dalam perselisihannya dengan pengawas nuklir PBB IAEA dan negara-negara Barat dalam badan tersebut mengenai program nuklirnya.
“Menurut pendapat saya, rekayasa media Amerika tentang pertemuan antara Elon Musk dan perwakilan Iran adalah bentuk uji coba untuk melihat apakah ada dasar untuk langkah tersebut,” kata Araqchi.
Dalam minggu-minggu menjelang terpilihnya kembali Trump dalam pemilihan presiden AS, para pejabat Iran telah mengisyaratkan kesediaan untuk menyelesaikan masalah dengan Barat. Iran dan Amerika Serikat memutuskan hubungan diplomatik tak lama setelah revolusi Islam 1979, yang menggulingkan Shah Iran yang didukung AS, Mohammed Reza Pahlavi.
Sejak saat itu, kedua negara berkomunikasi melalui kedutaan besar Swiss di Teheran dan Kesultanan Oman.
Selain itu, diketahui bahwa hubungan antara Iran dan IAEA (Badan Tenaga Atom Internasional) memburuk karena beberapa masalah yang sudah berlangsung lama, termasuk Iran yang melarang ahli pengayaan uranium dari badan tersebut memasuki negara tersebut dan kegagalannya untuk menjelaskan jejak uranium yang ditemukan di lokasi yang tidak diumumkan.
(wia/idn)