Isi Kantong Kelas Menengah RI Kritis, Awas Pak Jokowi!

6 February 2024, 17:20

Jakarta, CNBC Indonesia – Tingkat konsumsi rumah tangga melambat pada 2023, membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia ikut loyo. Penyebabnya, masyarakat kelas menengah yang menahan belanja.

Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) pada saat pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat menjadi 5,05% pada 2023, dari 2022 tumbuh 5,31%, konsumsi rumah tangga hanya mampu tumbuh 4,82%, dari sebelumnya 4,94%.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Porsi konsumsi rumah tangga dalam struktur keseluruhan ekonomi atau produk domestik bruto merupakan yang terbesar, yakni 53,18%. Diikuti investasi atau pembentukan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) 29,33%, dan ekspor 21,75%.

Ekonom senior yang juga merupakan Co-founder Creco Research Raden Pardede mengatakan, melambatnya konsumsi rumah tangga itu disebabkan oleh kecenderungan perlambatan belanja dari kelas menengah.

“Memang kelas bawah masih cukup baik, demikian juga kelas atas, tapi kelas menengah ini sedikit melambat, kelas ini yang paling kritis selalu,” kata Raden dalam program Squawk Box CNBC Indonesia, Selasa (6/2/2024).

Melambatnya belanja kelas menengah ini menurut Raden karena terpengaruh oleh perubahan harga, khususnya harga-harga di sektor transportasi dan akomodasi. Pertumbuhan kedua sektor ini pun juga anjlok pada 2023 meski masih tumbuh tinggi.

Pada 2023, berdasarkan catatan BPS, pertumbuhan sektor transportasi dan pergudangan hanya tumbuh 13,96%, dan akomodasi serta makan minum tumbuh 10,01%. Padahal, pada 2022 pertumbuhan sektor transportasi dan pergudangan mencapai 19,87% dan akomodasi serta makan minum 11,97%.

“Jadi kelas menengah itu adalah kelas yang sebetulnya memang sensitif, sensitif terhadap kenaikan harga, harga akomodasi dan transportasi, dan juga sensitif terhadap suku bunga,” tutur Raden.

“Karena kelas menengah ini lah yang mungkin masih banyak cicil KPR nya, jadi mereka ini kelompok yang paling sensitif,” tega mantan Tim Asistensi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian itu.

Dari proporsinya dalam struktur ekonomi Indonesia, kelas menengah memang mendominasi. Berdasarkan laporan Bank Dunia bertajuk Aspiring Indonesia – Expanding the Middle Class pada 2022 lalu, porsinya hampir setengah dari total penduduk Indonesia.

Bank Dunia atau World Bank dalam laporannya itu menggunakan data penduduk Indonesia pada 2016 yang sebanyak 261 juta jiwa. Kelas atas jumlahnya hanya 3,1 juta, sedangkan kelas menengah 53,6 juta, kelas menengah rentan 114,7 juta, kelas rentan 61,6 juta, dan kelas bawah atau miskin 28 juta.

Raden berujar, kelas menengah juga masih rentan karena tidak mendapatkan stimulus ekonomi langsung dari pemerintah. Untuk kelas bawah, kehidupan sehari-harinya masih dibantu dengan bansos. Akibatnya, ketika ada perubahan harga, konsumsi kelas menengah harus ditutup dengan tabungannya.

“Kelas menengah tadi yang biasanya tidak dapat bantuan pemerintah harapan mereka hanya dapat dari kenaikan gaji, dari pendapatan tetap, fix income mereka. Mereka dapat pendapatan dari gaji atau pendapatan lain, berbeda dengan kelas bawah tadi,” tutur Raden.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya

Muncul Tanda RI Berpotensi Gagal Jadi Negara Maju, Awas!

(arm/mij)

Partai

Institusi

K / L

BUMN

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Negara

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi