Kediri (beritajatim.com) – Di tengah gemerlap dunia fesyen yang kian cepat berubah, Kota Kediri menghadirkan ruang baru untuk merenung dan melangkah dengan lebih bijak.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kediri, Senin (28/5/2025) menggelar pembukaan Inkubasi Kreasi Wastra Mataraman Berkelanjutan yang tak hanya merayakan keindahan kain tradisional, tapi juga menjadi panggung penting bagi masa depan industri fashion yang lebih ramah lingkungan.
Wali Kota Kediri, Vinanda Prameswati, membuka acara dengan pesan kuat soal dampak serius dari fenomena fast fashion. Dalam pidatonya, ia mengajak hadirin untuk menyadari betapa besar ancaman yang ditimbulkan oleh pola konsumsi fashion yang cepat berganti.
“Hari ini kita dihadapkan dengan isu fast fashion yang berdampak pada lingkungan, seperti yang kita ketahui fashion ini setiap bulan, bahkan setiap hari selalu berganti, dan situasi ini banyak membawa dampak pada lingkungan. Biasanya adanya pencemaran terhadap air, tanah, dan adanya emisi karbon yang tinggi,” ucap Vinanda.
Ia membandingkan bagaimana dulu pakaian dibuat dengan lebih lambat dan telaten, mencerminkan nilai dan keahlian tangan-tangan pengrajin. Proses tersebut, menurutnya, menghasilkan pakaian yang lebih tahan lama dan minim dampak lingkungan dibandingkan produksi massal dengan mesin modern.
“Biasanya kalau menggunakan tangan ini lebih telaten, awet dan tahan lama. Tetapi kalau pakai mesin, kalau mesinnya yang biasa, selain berdampak pada lingkungan, juga bisa berdampak pada baju yang kita gunakan, mudah rusak, luntur,” tuturnya.
Vinanda menekankan pentingnya mempertahankan tradisi menjahit sendiri, mengukur badan, dan memilih model sesuai kebutuhan pribadi. Kebiasaan ini dinilai tidak hanya sebagai bentuk pelestarian budaya, tetapi juga bagian dari solusi menuju industri fashion yang lebih berkelanjutan dan menyejahterakan masyarakat.
“Saya apresiasi BI yang menginisiasi kegiatan ini. Karena ini tidak hanya berfokus pada pengembangan bisnis, juga memperhatikan kontribusi terhadap lingkungan sekitar,” katanya.
Dari sekitar 90 UMKM yang mendaftar, 30 peserta terpilih untuk mengikuti inkubasi ini. Delapan di antaranya berasal dari Kota Kediri, sebuah kebanggaan tersendiri bagi daerah yang selama ini dikenal sebagai salah satu pusat kreativitas di Jawa Timur.
“Selamat 30 peserta yang terpilih. Terlebih ke delapan peserta dari Kota Kediri. Tunjukkan hasil dari kalian menunjukkan ciri khas Kota Kediri. Sehingga kita sama sama bisa menampilkan budaya yang ada di Kota Kediri,” tambah Vinanda.
Ia optimistis kegiatan ini akan mendorong tren fashion baru yang kuat di pasar domestik dan global, serta membawa dampak signifikan bagi pertumbuhan ekonomi kreatif di Kediri.
Senada dengan itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kediri, Yayat Cadarajat, juga mengungkapkan rasa bangga dan apresiasinya terhadap para peserta.
“Selamat dan saya mengapresiasi kepada 30 peserta kurasi yang lolos dari 13 kabupaten/kota. Mereka telah lolos kurasi dari 90-an UMKM. Sementara 8 dari 30 itu dari Kota Kediri, artinya punya UMKM yang berkualitas,” kata Yayat.
Ia menegaskan bahwa BI berkomitmen untuk terus bersinergi dengan kementerian dan pemerintah daerah guna memperkuat peran UMKM sebagai pilar utama perekonomian nasional, khususnya di kawasan Mataraman. [nm/beq]
