Bisnis.com, JAKARTA- Penerapan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) hybrid menjadi strategi penting dalam industri jasa keuangan. Pendekatan AI hybrid dinilai tinggi oleh mayoritas pelaku industri jasa keuangan.
Hal itu terungkap dalam laporan terbaru Cloudera bersama Finextra Research yang melakukan survei kepada 155 eksekutif dan pemimpin di seluruh dunia.
Adrien Chenallier, Global Director, AI Solutions for Financial Services Cloudera mengatakan laporan ini mengonfirmasi bahwa strategi hybrid yang memungkinkan data bisa diakses di mana pun, tidak bisa ditawar lagi.
“Untuk benar-benar menjembatani kesenjangan implementasi, perusahaan keuangan membutuhkan platform data dan AI yang terpadu untuk memastikan tata kelola dan keamanan yang konsisten di semua lingkungan. Ini adalah satu-satunya cara untuk membangun kepercayaan, mengelola risiko, dan mempercepat pengadopsian AI dalam skala besar,” jelasnya dalam keterangan resmi, Rabu (12/11/2025).
Adapun, laporan terbaru itu disusun berdasarkan survei global yang dilakukan oleh Finextra Research pada Agustus 2025 terhadap 155 responden dari organisasi jasa keuangan dan teknologi.
Para peserta adalah pemegang jabatan senior di Amerika Utara, Eropa, Asia Pasifik, Amerika Latin, serta Timur Tengah dan Afrika.
Laporan itu mengungkapkan penerapan AI hybrid telah menjadi strategi yang sangat penting dalam industri jasa keuangan, dengan jumlah besar perusahaan (91%) menilai pendekatan hybrid memiliki nilai yang tinggi.
Selain itu, meskipun pengadopsian AI tersebar luas, studi ini mengonfirmasi bahwa hambatan data dan keamanan yang signifikan telah menghambat perusahaan untuk mencapai integrasi penuh di perusahaan.
Survei ini menunjukkan bahwa 62% organisasi jasa keuangan kini menggunakan pendekatan AI hybrid yang mencakup lingkungan cloud publik, pusat data, dan edge untuk menerapkan AI di manapun data berada.
Model ini dianggap sangat penting untuk mengelola sistem lama (legacy), meningkatkan skala secara efisien, dan menangani tugas-tugas yang membutuhkan sumber daya besar, seperti pelatihan dan penerapan model AI.
Laporan yang sama mengemukakan aspek keamanan data telah menjadi hambatan utama untuk menjembatani kesenjangan dalam implementasi AI. Terlebih lagi, 97% organisasi jasa keuangan melaporkan bahwa data silos menghambat kemampuan mereka untuk membangun dan menerapkan model AI yang efektif.
Tantangan ini menegaskan bahwa inovasi AI hanya dapat berhasil jika dibangun di atas fondasi tata kelola data dan keamanan yang terpercaya dan terpadu.
Meskipun memiliki ambisi AI yang besar, banyak perusahaan masih mengalami kesulitan untuk membuka potensi nilai transformasi yang sesungguhnya.
Hampir separuh organisasi (48%) telah bergerak melampaui eksperimen AI tahap awal, tetapi belum sepenuhnya mengintegrasikan teknologi ini ke dalam operasi inti mereka.
Hal ini menempatkan mereka pada posisi yang kurang menguntungkan dibandingkan dengan 26% perusahaan yang telah mengadopsi AI sepenuhnya di perusahaan mereka.
“Bagi anggota kami, kenyataannya jelas, AI hanya bisa memberikan potensi penuhnya ketika kedaulatan data, privasi, dan kepercayaan bisa dijamin,” kata Gary Wright, managing director, Finextra Research.
