Inggris Gonjang-ganjing, PM Mundur & ‘Badai’ Skandal

27 December 2022, 14:01

Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintahan Inggris gonjang-ganjing dan diguncang badai skandal pada tahun ini. Puncaknya, Perdana Menteri kala Itu, Boris Johnson, mundur dari jabatannya.
Dalam pernyataannya yang disiarkan langsung oleh sejumlah media, Kamis (7/7/2022), Johnson memutuskan untuk mundur dari jabatan pemimpin Partai Konservatif Britania Raya. Ia mengatakan ini sudah menjadi keinginan partainya.
“Jelas sekarang keinginan Partai Konservatif parlementer bahwa harus ada pemimpin baru partai dan oleh karena itu, perdana menteri baru,” katanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sebagaimana diketahui, Johnson terpilih menjadi PM karena ia adalah pemimpin partai yang memenangkan kursi terbanyak dalam pemilihan umum. Inilah yang kemudian membuatnya ditunjuk sebagai PM oleh mendiang Ratu Elizabeth II.

Penuh Skandal
Adapun, pengunduran diri Johnson merupakan buntut berbagai skandal yang menerpa dirinya.
Yang terbaru, skandal itu melibatkan seorang anggota parlemennya yang merupakan sekutunya di Parti Konservatif Britania Raya Chris Pincher.
Ia sebelumnya ditunjuk Johnson untuk menjabat posisi penting Deputy Chief Whip. Dalam website-nya diketahui polisi ini mengatur kontribusi partai untuk bisnis parlemen.
Pincher sendiri sejak minggu lalu sudah di skors. Ia diselidiki oleh badan pengawas parlemen terkait tuduhan pelecehan seksual setelah meraba-raba dua pria yang dalam keadaan mabuk.
Kejadian itu berlangsung 29 Juni saat ia menghadiri acara di sebuah The Conservative Friends of Cyprus, organisasi relawan Partai Konservatif Britania Raya. Laporan pelecehan itu diketahui seorang anggota parlemen yang kemudian melaporkannya ke Chris Heaton-Harris, sekretaris parlemen.
Pincher akhirnya memutuskan mundur dari jabatannya. Ia mengaku tengah mabuk kala kejadian terjadi.
Skandal ini kemudian beralih ke Johnson. Menurut Express mengutip juru bicara kantor sekaligus tempat tinggal PM Inggris, Downing Street, ia telah di-briefing sejumlah komplain terkait perilaku Pincher di 2019, ketika hendak memilihnya di 2022.
Namun publik kemudian menyayangkan kenapa ia tetap dipilih Johnson. Menurut catatan media The Guardian, Pincher juga telah memiliki sejumlah kasus dan tuntutan sejak 2017.
Hal ini kemudian membuat Johnson meminta maaf Selasa lalu. Ia mengakui kesalahannya.
“Saya meminta maaf kepada semua orang yang sangat terpengaruh olehnya,” kata Johnson dalam sebuah tayangan televisi, Selasa, melansir Reuters.
“Saya hanya ingin memperjelas bahwa tidak ada tempat di pemerintahan ini bagi siapa pun yang merupakan pemangsa atau yang menyalahgunakan posisi kekuasaan mereka,” tulis The Guardian.

Mosi Tidak Percaya & Pejabat Ugal-ugalan
Johnson pernah juga menghadapi mosi tidak percaya publik dan parlemen. Ini terkait “partygate” di tahun 2020.
Saat pemerintahannya memutuskan me-lockdown Inggris karena kasus Covid-19, Johnson disebut menghadiri di kantornya Downing Street bersama istrinya. Pesta dengan acara minum anggur bersama itu mengejutkan warga dan mendorong suara untuk melengserkan dirinya meski gagal.
Skandal lain di pemerintahan Johnson adalah pelanggaran aturan Covid-19 yang dilakukan Matt Hancock, kala itu menjadi menteri kesehatan di 2021. Ia mengundurkan diri setelah surat kabar The Sun mengungkap rekaman video dia melanggar pembatasan virus corona sebulan sebelumnya.
Bukan hanya itu, Hancock juga ketahuan berselingkuh dengan seorang ajudan perempuan. Johnson awalnya membela Hancock dan membuat kekesalan publik.
Pelecehan seksual bukan kasus pertama yang melanda pemerintahan Johnson. Mantan anggota parlemen Inggris dari partainya, Imran Ahmad Khan terbukti melakukan pelecehan seksual kepada anak laki laki berumur 15 tahun pada tahun 2021.
Ia akhirnya mundur. Khan juga dihukum 18 bulan penjara sejak Mei 2022.
Bukan hanya Khan, skandal juga terjadi pada Neil Parish, anggota partai Johnson yang lain. Ia mengundurkan diri setelah ketahuan menonton video porno di House of Commons, kantor parlemen Inggris, dua kali.

Menteri Resign Massal
Saat pengumuman pengunduran dirinya, total 53 menteri dan pejabat negara telah mengajukan resign. Ini termasuk Menteri Irlandia Utara Brandon Lewis dan Menteri Junior untuk Pengetahuan, Penelitian dan Inovasi, George Freeman.
Dalam surat pengunduran diri ke Perdana Menteri Boris Johnson, Freeman dengan pedas mengkritik pria 58 tahun itu. Ia mengatakan ini adalah puncak dari kurangnya transparansi dan keterbukaan.
“Penanganan Anda (Johnson) terhadap penunjukan yang Anda tahu memiliki riwayat tuduhan pelecehan seksual, terlalu berlebihan,” tulisnya dimuat CNBC International.
“Ini sangat merusak kepercayaan publik dan rasa hormat terhadap pemerintah, demokrasi dan hukum, serta tradisi panjang partai besar ini sebagai partai standar bagi karakter, perilaku, integritas dan tugas untuk pekerjaan dan negara sebelum kepentingan pribadi partisan,” tambahnya merujuk nilai-nilai Partai Konservatif Britania Raya di mana Johnson berkuasa.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya

Inggris Gonjang-Ganjing! Baru Menjabat, PM Diminta Mundur

(luc/luc)

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Kab/Kota

Provinsi

Topik

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi