Bisnis.com, JAKARTA — PT Indosat Tbk. (ISAT) bekerja sama dengan Northstar Group, dan Arsari Group, perusahaan investasi multisektor milik Hashim Djojohadikusumo, menjalin kemitraan bersama untuk mengembangkan infrastruktur digital Indonesia melalui sebuah platform infrastruktur digital berbasis serat optik yang independen atau akses terbuka.
Penandatanganan Perjanjian Investasi antara Indosat dengan Arsari Group dan Northstar Group rencananya akan diadakan hari ini, Selasa (23/12/2025) MX Center Indosat, Jakarta. President Director & CEO Indosat Vikram Sinha dan Komisaris Utama Indosat Nezar Patria kabarnya akan hadir dalam MoU tersebut.
Sementara itu, dalam dokumen yang diterima Bisnis, perusahaan infrastruktur terbuka itu diharapkan dapat memberi dampak terhadap Indonesia, dunia usaha, dan komunitas.
Dokumen menyebut peningkatan 10% dalam penetrasi fixed broadband diasosiakan dengan pertumbuhan PDB inkremental sebesar 0,9-1,5 poin atau 1,5 kali efek limpahan (spillover effects) lintas sektor dalam jangka menengah.
Indonesia yang saat ini penetrasi fixed broadbandnya masih rendah, menjadi peluang bagi perusahaan gabungan Indosat, Northstar, dan Arsari Group.
Perusahaan itu juga diharapkan dapat berdampak pada ketenagakerjaan. Tolok ukur internasional memperkirakan terciptanya 10.000-17.000 lapangan kerja per USD 1 miliar investasi broadband jika memperhitungkan efek langsung, tidak langsung, dan imbasan. Jika diterapkan secara konservatif, FiberCo dapat mendukung 8.000 tahun kerja (job years) yang mencakup konstruksi, operasi, layanan digital, dan industri hilir.
Diketahui, Indosat telah mengucurkan belanja modal lebih dari Rp10 triliun sepanjang Januari-September 2025 yang mayoritas digunakan untuk bisnis selular.
Berdasarkan info memo Indosat, belanja modal (capital expenditure/capex) sepanjang 9 bulan 2025 mencapai Rp10,73 triliun. Jumlah tersebut tidak termasuk belanja modal aset hak guna yang mencapai Rp4,47 triliun.
Manajemen ISAT menyampaikan sekitar 79,5% dari pengeluaran modal ini dialokasikan untuk bisnis selular untuk mendukung permintaan layanan data dan sisanya dialokasikan pada pengeluaran modal untuk MIDI dan telekomunikasi tetap.
Belanja modal Indosat sepanjang 9 bulan 2025 setara dengan 26,06% dari pendapatan perseroan pada periode yang sama yang mencapai Rp41,16 triliun.
Dibandingkan dengan 9 bulan 2024, capex Indosat mengalir lebih deras pada tahun ini. ISAT tercatat menghabiskan belanja modal Rp7,26 triliun per kuartal III/2024, tidak termasuk Rp5,48 triliun aset hak guna.
Pada periode yang sama tahun lalu, Indosat menggulirkan sekitar 84,2% dari pengeluaran modal ini dialokasikan untuk bisnis selular untuk mendukung
permintaan layanan data dan sisanya dialokasikan pada pengeluaran modal untuk MIDI dan TI.
Di sisi kinerja keuangan, Indosat mencatatkan penurunan pendapatan dan laba bersih selama 9 bulan 2025. Laba bersih ISAT turun 7,5% year-on-year (YoY) menjadi Rp3,58 triliun per 9 bulan 2025, dari sebelumnya sebesar Rp3,87 triliun.
Penurunan laba bersih ini salah satunya diakibatkan oleh penurunan pendapatan perseroan menjadi Rp41,16 triliun sampai akhir September 2025, dari sebelumnya sebesar Rp41,8 triliun. Pendapatan ini turun 1,6% secara tahunan.
Penurunan pendapatan ini diakibatkan oleh penurunan pendapatan selular sebesar Rp34,5 triliun atau turun 1,9% YoY, pendapatan MIDI yang naik menjadi Rp6 triliun, dan pendapatan telekomunikasi tetap yang turun 9,9% menjadi Rp604 miliar.
Manajemen ISAT dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) menjelaskan pendapatan selular perseroan menurun sebesar 1,9% dibandingkan 9 bulan 2024, terutama disebabkan oleh penurunan pendapatan data, telepon, dan SMS yang diimbangi kenaikan jasa nilai tambah dan jasa interkoneksi.
Di sisi lain, ISAT mencatatkan beban sebesar Rp33,32 triliun pada 9 bulan 2025, turun sebesar Rp23,7 miliar atau 0,1% lebih rendah dibanding 9 bulan 2024 sebesar Rp33,34 triliun.
