Bisnis.com, JAKARTA – PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) melirik potensi implementasi 5G di sektor manufaktur kendaraan roda empat, pelabuhan, hingga pertambangan pada 2025. Kasus pemanfaatan baru terus dikembangkan di sektor tersebut.
Direktur Network Telkomsel Indra Mardiatna sejumlah pabrik kendaraan membutuhkan otomasi mobil yang cukup tinggi, sehingga membutuhkan dukungan konektivitas 5G. Perseroan membidik sektor tersebut pada tahun depan.
“Jadi ada kebutuhan di pabrik mobil, banyak dari pabrik yang butuh otomasi tinggi. Kedua, pelabuhan, terutama di pengaturan peti kemas di sana kombinasi antara 5G dan kecerdasan buatan, terutama AI vision untuk mendeteksi jumlah kontainer,” kata Indra, Jumat (6/12/2024).
Diketahui, jairngan 5G Telkomsel saat ini telah tersedia pertambangan. Konektivitas 5G digunakan untuk menggerakan kendaraan dari jarak jauh, sehingga menekan angka kecelakaan di pertambangan. Jaringan 5G dihadirkan secara private, sehingga lebih stabil dan andal.
Hyper 5G Telkomsel juga digunakan untuk smart manufacturing guna meningkatkan produktivitas. Jaringan 5G yang tangguh menggerakan alat-alat manufaktur hingga sensor internet of things IoT).
“Kami juga terus mengembangkan kasus pemanfaatan, salah satunya adalah menggerakan ekskavator dengan 5G dari jarak jauh,” kata Indra.
Adapun Hyper 5G Telkomsel memiliki kecepatan tertinggi (peak) unduh mencapai 515 Mbps atau 4x lipat dari 4G. Sementara itu untuk rata-rata unduh menyentuh 227 Mbps atau 4x lipat dari 4G.
Untuk kecepatan unggah, secara peak menyentuh 91 Mbps atau 2x kecepatan unduh 4G. Sementara itu secara rerata mencapai 67 Mbps atau 2x dari rerata 4G.
Dari sisi latensi, mencapai 10 milidetik dengan rerata yaitu 16 milidetik. 3x lipat lebih rendah dibandingkan dengan 4G.
Sementara itu, dalam kesempatan berbeda Head of Ericsson Indonesia Krishna Patil mengatakan 5G dapat membantu industri untuk menurunkan angka kecelakaan manufaktur dalam negeri yang terbilang tinggi.
Merujuk pada data Kementerian Ketenagakerjaan, pada periode Januari – Agustus 2024, Indonesia mencatat 278.564 kasus kecelakaan kerja, dengan mayoritas melibatkan peserta penerima upah.
Untuk mengatasi hal ini, ujar Krishna, teknologi smart manufacturing yang didukung oleh 5G dapat menjadi solusi utama dalam meningkatkan keselamatan kerja.
Dengan kecepatan transfer data yang lebih tinggi dan latensi yang lebih rendah, teknologi 5G memungkinkan data dari sensor dan perangkat di lapangan dikirim dan diproses secara instan, memberikan kemampuan pengawasan secara real-time.
“Selain itu, integrasi teknologi ini dapat mendeteksi bahaya lebih dini dan mengelola aktivitas operasional secara lebih aman, sehingga mengurangi risiko kecelakaan di tempat kerja. Hasilnya, keselamatan pekerja dapat lebih terjamin, dan lingkungan kerja yang aman serta efisien pun berhasil diciptakan,” kata Krishna.
Dalam proses produksi, lanjutnya, kesalahan manual yang dilakukan oleh operator, terutama dalam perhitungan produksi, dapat mengurangi efisiensi operasional secara signifikan.
Kesulitan dalam kolaborasi jarak jauh untuk menyelesaikan masalah teknis, ditambah dengan data yang tidak akurat, sering kali memperlambat pengambilan keputusan dan memperburuk kondisi mesin.
“Tantangan tersebut dapat dijawab oleh teknologi 5G dan AI. Dengan kemampuan memberikan peringatan dini sebelum mesin mengalami kerusakan, sehingga memperpanjang masa pakai mesin dan menjaga kelancaran operasional,” tutur Krishna.