Ponorogo (beritajatim.com) – Peringatan Hari Santri Nasional (HSN) tahun 2025 di Ponorogo bakal digelar lebih panjang dan semarak.
Serangkaian acara dijadwalkan mulai 13 Oktober hingga puncaknya pada 22 Oktober mendatang. Selama sembilan hari penuh, berbagai agenda keagamaan, kebudayaan, hingga pertunjukan kreatif akan mewarnai kota reyog.
Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko menegaskan, peringatan kali ini harus menjadi ruang perjumpaan yang menyatukan semangat santri sekaligus menampilkan wajah pesantren yang modern dan peduli lingkungan.
“Peringatan HSN kali ini harus menjadi momentum persatuan sekaligus ajang menampilkan wajah pesantren yang modern dan berwawasan lingkungan,” kata Bupati Sugiri Sancoko, Selasa (7/10/2025).
Tak hanya kegiatan internal di masing-masing pondok, Pemkab Ponorogo juga menyiapkan panggung besar yang melibatkan seluruh elemen masyarakat. Acara itu dikemas dalam satu rangkaian universal, dengan panitia besar yang mempertemukan berbagai kalangan.
“Akan ada juga acara santri yang universal, di mana semua bersama-sama dalam sebuah panitia besar Ponorogo mengadakan satu acara besar, seperti misalnya Santri Vaganza,” lanjut Sugiri.
Festival akbar ini diharapkan tidak hanya meriah secara seremoni, tetapi juga menghadirkan pesan bahwa santri menjadi bagian penting dari denyut kehidupan masyarakat Ponorogo.
Dalam menghadapi tantangan zaman, Bupati menekankan pentingnya pesantren mengubah cara pandang dan tampil lebih menarik bagi generasi muda. Ia menyebut, gerakan Ayo Mondok yang digelorakan para kiai dan penggiat pendidikan perlu diiringi dengan strategi kreatif agar pesantren semakin diminati.
“Dampaknya anak muda melihat pesantren itu menarik agar minat untuk pondok itu tinggi, sesuai dengan gerakannya,” ungkapnya.
Sugiri menyebut pesantren harus berani menampilkan sisi “funky”, milenial, dan segar agar mampu bersaing dengan berbagai tawaran dunia modern. Selain memperkuat nilai agama, pesantren juga didorong mengintegrasikan isu-isu global, terutama yang terkait lingkungan hidup. Kesadaran ekologis dianggap penting agar generasi santri dapat menjadi pelopor dalam menjaga bumi. Selain itu, juga terkait dengan kesiapan perempuan dalam menjaga kesehatan reproduksi sekaligus mempersiapkan diri menjadi ibu yang tangguh di masa depan.
“Selain aspek keagamaan dan lingkungan, juga menyoroti peran strategis santri putri dan wanita dalam membentuk generasi penerus bangsa yang berkualitas,” kata Kang Giri.
Rangkaian HSN 2025 di Ponorogo bukan sekadar perayaan tahunan, melainkan sebuah ikhtiar besar untuk mempertegas kontribusi santri di tengah masyarakat. Dengan wajah pesantren yang inklusif, modern, dan relevan dengan zaman, Ponorogo ingin menunjukkan bahwa dunia santri tidak hanya menjaga tradisi, tetapi juga mampu melahirkan generasi pemimpin masa depan. (End/Adv)
