Jakarta, CNBC Indonesia – Huawei menggemparkan industri smartphone pada tahun lalu lewat peluncuran seri Mate 60 yang sudah mendukung jaringan 5G untuk pertama kalinya sejak mendapat sanksi Amerika Serikat pada 2019 silam.
Ponsel itu langsung mendapat antusias dari masyarakat China dan mengembalikan posisi Huawei ke jejeran ‘Top 5’ merek ponsel paling laris di negara kekuasaan Xi Jinping.
Di saat bersamaan, Huawei juga mampu mengguncang dominasi Apple di China. Bahkan, seri Mate 60 digadang-gadang sebagai ‘pembunuh’ iPhone, sebab kinerja penjualan iPhone 15 anjlok dibandingkan seri-seri sebelumnya.
Baru-baru ini, Huawei meluncurkan penerusnya yakni seri Mate 70. Namun, sepertinya antusiasme pasar kali ini tak seramai sebelumnya.
Hal ini diungkap firma broker Jefferies. Observasi firma tersebut mengatakan antusiasme masyarakat ke seri Huawei Mate 70 jauh di bawah perangkat sebelumnya, berdasarkan frekuensi pembahasan dan review online.
Firma tersebut mengatakan ada risiko penurunan atas estimasi sebelumnya yang menyebut Huawei akan mengapalkan 48 juta unit smartphone pada tahun ini.
Terlebih, produk yang dirilis sebelumnya, Huawei Pura 70, hanya dikapalkan sebanyak 5 juta unit sejak peluncurkan pada April lalu, menurut laporan Jefferies.
Sementara itu, seri Mate 60 keluaran tahun lalu hingga saat ini telah dikapalkan sebanyak 12-13 juta unit. Angka itu di bawah estimasi awal sebanyak 15-16 juta unit, dikutip dari Reuters, Senin (2/12/2024).
“Kami percaya penjualan Mate 70 akan di bawah Mate 60,” kata analis Jefferies.
Huawei tak segera merespons permintaan komentar. Raksasa China itu mengklaim Mate 70 sebagai ponsel Mate paling garang. Namun, analis dan konsumen menilai peningkatan pada Mate 70 tak signifikan dibanding seri sebelumnya.
Huawei Mate 60 meraup antusiasme tinggi salah satunya karena membuktikan Huawei mampu unjuk gigi di tengah gempuran sanksi dari AS. Namun, Reuters melaporkan ada tantangan besar bagi Huawei dalam meningkatkan performa dan produksi ponselnya.
Alhasil, dalam beberapa bulan awal pasca peluncuran, produksi Mate 60 mengalami hambatan. Jefferies mengatakan tantangan suplai terkait produksi chip juga akan dihadapi seri Mate 70.
Analis dari firma konsultansi Canalys, Toby Zhu, mengatakan penurunan minat pada ponsel baru Huawei tak terelakkan. Sebab, antusiasme pasar dan industri secara natural akan lebih stagnan pasca Huawei comeback tahun lalu.
Kendati demikian, Zhu mengatakan Mate 70 akan tetap terjual sedikit lebih banyak ketimbang Mate 60. Salah satu alasannya karena kapasitas produksi yang akan lebih baik.
Sentimen patriotik terbukti mampu membawa Huawei keluar dari jurang keterpurukan. Pada kuartal-III 2024, Huawei berhasil menduduki peringkat ke-2 sebagai pasar ponsel terlaris di China.
iPhone Laku Keras
Sebelumnya, Reuters menuliskan Apple kemungkinan akan mencatat pendapatan kuartalan terbesarnya dalam dua tahun terakhir. Khususnya di China, permintaan iPhone akan jauh lebih baik dari tahun sebelumnya.
Hasil baik ini menjadi tanda bangkitnya pasar iPhone di China. Seri baru iPhone 16 juga menjadi debut Apple ikut dalam perlombaan Artificial Intelligence.
Apple memperkenalkan sejumlah fitur berbasis AI bernama Apple Intelligence. Kemudian fitur-fitur tersebut disematkan dalam seri iPhone 16.
“Kekuatan siklus iPhone 16 adalah pertanyaan penting saat kuartal Desember dan tahun fiskal 2025,” kata analis Bernstein, Toni Sacconaghi, dikutip dari Reuters, beberapa saat lalu.
Sebagai catatan, Apple Intelligence tidak langsung tersedia setelah iPhone 16 saat dirilis. Butuh waktu berminggu-minggu hingga fitur terbatas diluncurkan pada pengguna di Amerika Serikat (AS) dalam bahasa Inggris.
Sementara itu dua pasar besar lain Eropa dan China belum mendapatkan akses ke Apple Intelligence. Padahal di China sendiri, Apple perlu strategi khusus untuk mengatasi pesaing dari dalam negeri seperti Huawei.
Peluncuran fitur yang tertunda itu nampaknya juga berdampak pada pembelian. Kemungkinan banyak orang menunda pembelian hingga tahun depan, yang akhirnya berdampak pada potensi peningkatan penjualan di tahun depan
LSEG sendiri memperkirakan peningkatan penjualan iPhone sebesar 3,8% pada kuartal selama September lalu. Peningkatan itu jadi pertama kalinya setelah mengalami penurunan dalam dua kuartal sebelumnya.
Baru-baru ini, IDC juga melaporkan laporan Q3 2024 di China. Hasilnya, Apple berhasil menduduki posisi ke-2 setelah terlempar dari jejeran ‘Top 5’ pada kuartal sebelumnya. Di sisi lain, Oppo yang tadinya bertengger di posisi ke-3 pada Q2 2024, kini keluar dari jejeran ‘Top 5’ di Q3 2024.
Pendapatan keseluruhan pada periode Juli-September diprediksi meningkat 5,7%. Pendapatan dari China secara spesifik diharapkan naik 6,6%. Salah satu pendorong utamanya adalah beberapa model iPhone teranyar, termasuk iPhone 16 Plus, mengalami diskon 10% di platform online seperti Pinduoduo sebelum perilisan resminya di negara tersebut.
(fab/fab)