Jakarta –
Hoarding disorder adalah gangguan mental dengan ciri khas suka menimbun barang. Gangguan hoarding disorder belakangan mendapat perhatian, seiring banyaknya terkait kondisi ini dalam sosial media.
Simak artikel ini untuk mengetahui informasi lebih lengkap mengenai hoarding disorder, termasuk ciri-ciri, penyebab, dan cara mengatasinya.
Ciri-ciri Hoarding Disorder
Kondisi hoarding disorder biasanya berkembang mulai remaja, hingga makin parah seiring usia. Dikutip dari situs Mayo Clinic, perburukan gangguan hoarding disorder terlihat dari tumpukan barang yang makin banyak.
Ciri lengkap hoarding disorder adalah:
Punya terlalu banyak barang dan menyimpannya, meski sebenarnya tidak diperlukan.Sulit untuk membuang atau berpisah dengan barang-barang tersebut, terlepas dari nilainya.Merasa perlu menyimpan barang-barang itu dan merasa kesal jika harus membuangnya.Menumpuk barang hingga berantakan dalam ruang, hingga tak bisa lagi digunakan.Menghindari atau menunda keputusan membuang barang yang tidak lagi terpakai.Memiliki masalah dengan perencanaan dan pengorganisasian.
Barang Apa yang Sering Ditimbun?
Orang dengan hoarding disorder mungkin menyimpan barang apa saja. Dilansir dari NHS, berikut ini beberapa barang yang sering ditimbun:
Koran dan majalah.Buku.Pakaian.Selebaran dan surat, termasuk surat tak penting.Tagihan dan tanda terima yang sudah tak terpakai.Wadah, termasuk kantong plastik dan kotak kardus.Perlengkapan rumah tangga.Beberapa orang juga memelihara terlalu banyak hewan, yang mungkin tidak dapat mereka rawat dengan baik.Penimbunan yang baru-baru ini menjadi umum adalah menimbun data data elektronik di HP, komputer, maupun email yang sangat enggan untuk dihapus.Faktor Risiko Hoarding Disorder
Penyebab hoarding disorder mungkin bisa berbeda-beda. Beberapa faktor risikonya adalah sebagai berikut:
1. Kepribadian
Masalah kepribadian yang mungkin bisa mengarah pada hoarding disorder, seperti gaya perilaku yang mencakup sulit mengambil keputusan, masalah perhatian, pengorganisasian, dan pemecahan masalah.
2. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga memiliki peran yang kuat. Jika ada keluarga yang memiliki hoarding disorder, maka sangat mungkin akan memberikan contoh kepada anggota keluarga lainnya.
3. Peristiwa yang Membuat Stres
Stres juga bisa berdampak pada sikap hoarding disorder. Beberapa orang mengalaminya setelah mengalami peristiwa yang penuh tekanan, seperti kematian orang tercinta, perceraian, atau kebakaran rumah.
4. Faktor Risiko Lainnya
Beberapa faktor risiko lain dari hoarding disorder meliputi:
Hidup sendirian di rumah.Belum menikah.Punya masa kecil yang serba kekurangan.Tumbuh di rumah yang berantakan dan tidak pernah belajar memprioritaskan atau menyortir barang.Komplikasi
Hoarding disorder juga mungkin menyebabkan berbagai masalah dan menjadi komplikasi. Berikut beberapa di antaranya:
Meningkatnya risiko jatuh atau terpeleset di rumah.Cedera atau terjebak oleh barang yang bergeser atau jatuh.Konflik keluarga karena barang yang sudah mengganggu orang lain.Kesepian dan isolasi sosial.Rumah yang kotor dan dapat menimbulkan risiko kesehatan.Bahaya kebakaran.Performa kerja yang buruk.Masalah hukum, jika sudah sampai mengganggu orang lain.Cara Mengatasi Hoarding Disorder
Berdasarkan situs Kementerian Kesehatan, hoarding disorder dapat diatasi dengan psikoterapi, pemberian obat-obatan, dan beberapa tindakan. Berikut beberapa cara mengatasinya:
1. Psikoterapi
Orang dengan hoarding disorder bisa melakukan psikoterapi untuk mendapatkan kesembuhan. Dokter akan melatih pasien untuk menahan keinginan menimbun barang dan membuang barang. Terapi ini mungkin melibatkan anggota keluarga atau orang terdekat.
2. Obat-obatan
Psikoterapi mungkin juga membutuhkan obat-obatan ketika penyebabnya adalah gangguan mental lain, seperti depresi dan gangguan kecemasan. Dokter biasanya meresepkan antidepresan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI).
3. Tindakan yang Harus Dilakukan
Selain menjalani psikoterapi dan pengobatan, orang dengan hoarding disorder bisa berusaha memulai melakukan langkah-langkah berikut ini:
Membuat daftar barang yang di rumah.Mengelompokkan barang dalam kategori ‘disimpan’, ‘dibuang’, ‘daur ulang’, atau ‘sumbangkan’.Menyumbangkan barang kepada orang yang membutuhkan.Serahkan hewan yang terlalu banyak ke tempat penampungan hewan.Buang barang yang menumpuk secara bertahap, misalnya satu barang sehari atau lima barang seminggu.Bersihkan ruangan setiap hari atau minggu.Lakukan sambil melakukan kegiatan menyenangkan, seperti mendengarkan musik.Letakkan tempat sampah di setiap ruangan.Ambil foto before-after di ruangan yang sama sebagai bentuk pencapaian.Berlatihlah membuat keputusan cepat apakah akan menyimpan atau membuang barang.Tarik napas dalam-dalam jika merasa tidak nyaman ketika harus membuang barang.
Gangguan metal hoarding disorder tentunya bisa dikendalikan atau diatasi, sehingga tak membahayakan keselamatan pasien. Jika detikers mengalami gejala seperti yang disebutkan dalam tulisan, jangan ragu segera berkonsultasi pada tenaga kesehatan.
(bai/row)