Heboh Selingkuh Lewat Pinterest, Studi Ini Bongkar Faktor Pasangan Mendua

Heboh Selingkuh Lewat Pinterest, Studi Ini Bongkar Faktor Pasangan Mendua

Jakarta

Kasus perselingkuhan selebriti yang baru-baru ini viral di media sosial, termasuk yang terkuak melalui aplikasi seperti Pinterest, sekali lagi menyoroti betapa rentannya sebuah hubungan terhadap pengkhianatan.

Perselingkuhan, tindakan tidak setia yang melibatkan pelanggaran kepercayaan, dapat menghancurkan ikatan emosional dan sering kali berujung pada perpisahan, kecemasan, bahkan trauma pada anak.

Lantas, apa yang membuat seseorang lebih rentan selingkuh?

Sebuah tinjauan ilmiah baru dalam Journal of Sexual Medicine, oleh Charlene F. Belu dan Lucia F. O’Sullivan, menganalisis riset yang ada untuk mengidentifikasi karakteristik yang memengaruhi kemungkinan seseorang selingkuh.

Mereka mengategorikan faktor-faktor prediktif ini ke dalam tiga kelompok: karakteristik individu, karakteristik hubungan, dan faktor kontekstual (kesempatan).

Faktor pasangan selingkuh

1. Karakteristik Individu

Karakteristik pribadi seseorang secara konsisten menjadi prediktor kuat.

Individu yang memiliki tingkat kerajinan (conscientiousness) yang rendah (cenderung ceroboh, tidak teratur, dan kurang fokus) lebih mungkin untuk selingkuh. Kecenderungan ini meningkat jika pasangannya juga memiliki tingkat kerajinan yang rendah.

Dark Triad: Individu dengan sifat kepribadian gelap yang menonjol-Machiavellianisme (manipulatif), Narsisisme, dan Psikopati-juga lebih rentan tidak setia.Kecemasan Keterikatan: Wanita dengan tingkat kecemasan keterikatan (attachment anxiety) yang tinggi lebih rentan berselingkuh, sementara individu yang menghindari keterikatan (avoidantly attached) justru kurang rentan selingkuh.

Di sisi lain, keinginan yang lebih tinggi untuk melakukan seks kasual juga meningkatkan kemungkinan perselingkuhan.

2. Karakteristik Hubungan

Faktor dinamika dalam hubungan sering kali menjadi prediktor yang lebih kuat daripada karakteristik individu.

Individu dalam hubungan yang berkualitas lebih baik dan memiliki komitmen yang lebih tinggi kepada pasangannya cenderung tidak akan selingkuh. Mereka yang tidak puas dengan hubungan atau mengalami ketidakpuasan seksual lebih mungkin untuk tidak setia.

Ketidakpuasan seksual lebih erat kaitannya dengan perselingkuhan pada pria.

3. Faktor Kontekstual

Meskipun sifat dan kepuasan sangat berpengaruh, perselingkuhan tidak akan terjadi tanpa kesempatan. Ketersediaan pasangan alternatif yang menarik adalah faktor kontekstual yang krusial.

Komunikasi Intim: Ketertarikan (crush) saja tidak cukup. Untuk berujung pada perselingkuhan, ketertarikan tersebut perlu dikomunikasikan dan dibalas oleh individu lain.Lingkungan Kerja: Risiko perselingkuhan sangat tinggi bagi individu yang bekerja di lingkungan yang menyediakan banyak calon pasangan potensial. Menghabiskan waktu yang lama di tempat-tempat seperti itu meningkatkan peluang untuk pengkhianatan.

Penulis studi menekankan bahwa penelitian ini memiliki implikasi berharga bagi para profesional yang bekerja dengan pasangan yang mengalami kesulitan. Meskipun faktor-faktor ini bersifat statistik, pemahaman terhadapnya dapat membantu pasangan yang sedang mengalami kesulitan.

Halaman 2 dari 3

(kna/kna)