Heboh Australia Protes Harga Nikel Turun, Apa Iya Gegara RI?

1 March 2024, 19:20

Jakarta, CNBC Indonesia – Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) menyangkal bahwa harga nikel dunia anjlok gara-gara pasokan yang berlebih dari Indonesia. Hal tersebut menyusul keluhan perusahaan nikel Australia terkait anjloknya harga nikel dunia saat ini.
Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Septian Hario Seto menjelaskan, jika ditarik dalam 10 tahun terakhir, harga nikel saat ini justru masih lebih tinggi.
Adapun harga nikel rata-rata dalam 10 tahun terakhir menurutnya hanya berkisar di US$ 15.000 per ton, lebih rendah dari saat ini yang berkisar di US$ 17.000-an per ton.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Nikel kita lihat 10 tahun terakhir levelnya rata-rata sekitar US$ 15.000 per ton, masih lebih rendah dibanding saat ini US$ 17.000 per ton. Saya kira saya terus terang bingung Australia, Kaledonia dan Prancis protes harga nikel,” ungkapnya dalam acara Economic Outlook 2024 CNBC Indonesia di Jakarta, dikutip Jumat (1/3/2024).
Dia menilai, keluhan penambang Australia dan New Caledonia karena tren menurunnya harga nikel saat ini tak terlepas dari dua faktor utama dari dalam negeri mereka sendiri.
Di Australia misalnya, lanjutnya, tutupnya beberapa tambang nikel lebih karena mereka memulai proyek nikel di saat harga nikel dunia tinggi di atas US$ 20.000 per ton.
“Jadi saya kira ada pengaruh faktor 2 hal banyak nikel projek Australia yang baru-baru dimulai ketika harga nikel di atas US$ 20.000 dan berharap proyek itu harga nikel akan terus tinggi,” ucapnya.
Sementara di New Caledonia, banyak tambang nikel tutup karena tidak efisiensi.
“Kedua, efisiensi, jadi Kaledonia Baru banyak yang tidak efisien smelternya investasinya, makanya sulit berkompetisi ke depan,” imbuhnya.

Berdasarkan data Trading Economics, harga nikel pada 29 Februari 2024 berada pada level US$ 17.670 per ton, naik 2,93% dibandingkan minggu lalu dan naik 8,75% secara bulanan.
Namun demikian, jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, harga nikel masih turun 28,39%. Bahkan, pada awal 2024 harga nikel dunia sempat jatuh mendekati posisi terendah dalam tiga tahun terakhir.
Mengacu catatan CNBC Indonesia Research, pada Senin (22/1/2024) harga nikel dunia kontrak tiga bulan tercatat US$ 16.036 per ton. Posisi ini adalah merupakan yang terendah sejak April 2021.
Mengutip ABC, diketahui lebih dari 250 lapangan pekerja akan terkena dampak dari penutupan operasi di tambang nikel Australia milik Wyloo Metals.
Perusahaan milik miliarder Andrew Forrest tersebut telah mengonfirmasi bahwa tambang nikel Kambalda miliknya akan menghentikan sementara operasi pada tanggal 31 Mei. Hal ini seiring harga bahan baja tahan karat dan baterai yang merosot 45% dalam 12 bulan terakhir.
Hal ini terjadi hampir enam bulan setelah perusahaan swasta milik Forrest membayar AU$ 760 juta untuk mengakuisisi situs tambang Cassini, Long dan Durkin di Kambalda, yang mempekerjakan 44 pekerja Wyloo dan 220 kontraktor.
Penutupan ini menyusul penghentian tambang nikel Savannah di Kimberley, bulan ini, dan keputusan First Quantum Minerals untuk menghentikan penambangan di tambang nikel Ravensthorpe di pantai selatan WA dan memangkas 30% tenaga kerjanya.
Dalam sebuah pernyataan, CEO Wyloo Luca Giacovazzi menggambarkan keputusan untuk menghentikan tambang Kambalda hanya bersifat sementara.
“Kami sedang menjajaki sejumlah opsi untuk masa depan bisnis kami dalam jangka panjang, termasuk mengembangkan konsentrator kami sendiri di wilayah Kambalda,” katanya.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya

Cadangan Nikel RI Sekarat? ESDM Bilang Gini

(wia)

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi