Jakarta –
Ashanty baru-baru ini mengungkapkan pengalamannya menjalani prolonged fasting atau puasa panjang selama 120 jam. Dalam video yang diunggah di Instagram pribadinya, ia membagikan momen tersebut dan memberikan penjelasan mengenai puasa yang dijalani.
“Alhamdulillah aku berhasil puasa lima hari (120 jam),” ujar Ashanty.
Selama menjalani puasa tersebut, istri Anang Hermansyah ini juga mengonsumsi minuman seperti green tea dan air putih.
“Aku hanya minum green tea yang 0 kalori dan juga mengonsumsi air putih setidaknya 2 liter per hari. Aku juga menambah konsumsi air garam, sekitar setengah liter, jadi totalnya sekitar 2,5 liter,” sambungnya lagi.
Ashanty mengaku tak terbebani melakukan puasa panjang tersebut. Adapun tujuan ia melakukannya adalah untuk meningkatkan kesehatan. Menurutnya, puasa panjang telah membantunya bisa menghilangkan ‘moon face’ akibat efek samping obat steroid yang sempat rutin dikonsumsi untuk mengatasi penyakit autoimun yang dialaminya.
Di dunia medis, metode puasa panjang atau prolonged fasting masih menjadi perdebatan. Ahli gizi Dr dr Tan Shot Yen, M Hum, mengatakan metode ini tak selalu ideal untuk semua orang, terutama jika tidak dilakukan dengan pengawasan ahli.
Menurutnya, jika tujuan puasa untuk menjaga kesehatan yang optimal, yang dibutuhkan adalah persistensi dan konsistensi dalam menjalani pola hidup sehat yang dapat diterapkan sepanjang hidup, bukan metode diet atau puasa ekstrem yang hanya memberikan hasil sementara.
“Jika habis 5 hari puasa lalu balik lagi gaya hidupnya, buat apa?” ucapnya saat dihubungi detikcom, Senin (28/4/2025).
Terlebih, lanjutnya, metode puasa panjang atau prolonged fasting yang dilakukan tanpa pengawasan yang tepat bisa berisiko menyebabkan malnutrisi dan gangguan kesehatan lainnya.
“Tergantung tujuan puasanya apa, Kalau memang sehat, ngapain puasa jika bisa mengatur pola makan sehat juga?” sambungnya lagi.
Sementara itu, dikutip dari Healthline, prolonged fasting atau puasa dalam jangka panjang, misalnya 48 jam, dikaitkan dengan manfaat seperti perbaikan sel, penurunan berat badan, dan menstabilkan kadar gula darah.
Meskipun dikaitkan dengan manfaat pada tubuh, mereka yang memiliki kondisi medis tertentu sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum melakukannya.
(suc/kna)
