Harga Beras Diperkirakan masih Mahal selama Ramadan

12 March 2024, 19:01

Ilustrasi.(MI/SUSANTO)

ANALIS kebijakan pangan Syaiful Bahari meramalkan harga beras premium masih tetap mahal selama Ramadan tahun ini dari Maret hingga April 2024. Hal ini disebabkan belum meratanya musim panen. Puncak panen diperkirakan April sampai Mei.
Mengutip data panel Badan Pangan Nasional (Bapanas), harga beras premium sebesar Rp16.480 per kilogram (kg) per Selasa (12/3). Data lain yakni dari Informasi Pangan Jakarta, harga beras premium tertinggi dijual di pasar Mayestik dengan Rp18.000 per kg.
“Sampai April pun masyarakat akan menghadapi harga beras yang tinggi,” ungkap Syaiful saat dihubungi Media Indonesia, Selasa (12/3).
Baca juga : Ramadan, Harga Bahan Pokok Masih Tinggi di Pasar Gedhe Klaten 
Soal panen kali ini, lanjut Syaiful, banyak dikeluhkan penggilingan beras karena rendemen gabah di sejumlah wilayah turun. Produksi beras di panen raya dikatakan belum bisa dipastikan, mengingat curah hujan cukup tinggi yang menyebabkan banjir di beberapa daerah di Jawa.
“Artinya, pemerintah juga harus berhati-hati dalam menghitung luas panen dengan produksi beras, yang dalam kondisi seperti ini tidak otomatis rendemennya sama seperti kondisi normal,” ujarnya.
Ketua Komunitas Industri Beras Rakyat (Kibar) itu menegaskan dengan melihat fakta tersebut, harga beras akan sulit kembali turun seperti semula karena produksi beras dalam negeri masih defisit dibandingkan jumlah konsumsi masyarakat. Pemerintah mau tidak mau masih menggunakan instrumen impor untuk pengendalian harga beras. Baca juga : Pemerintah Naikkan Harga Eceran Tertinggi Beras Premium
“Apalagi, impor beras yang direncanakan pemerintah tidak datang sekaligus,” tambahnya.
Syaiful menegaskan bila pemerintah gagal melakukan peningkatan produksi dalam negeri dan keterbatasan impor karena ruang fiskal semakin menyempit, maka bisa jadi harga beras melambung tinggi tembus di atas Rp20.000 per kg.
“Kalaupun terjadi panen raya nanti di bulan April-Mei, tanpa intervensi pemerintah melalui beras impor, maka harga beras sulit turun,” tegasnya. Baca juga : Panen Raya tidak akan Turunkan Harga Beras secara Signifikan
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengungkapkan lambannya penurunan harga beras lantaran dibutuhkan waktu untuk memproses gabah kering panen (GKP) menjadi gabah kering giling untuk menghasilkan beras.
Kemudian, harga beras yang semakin mahal disebabkan kenaikan harga GKP. Beberapa pelaku usaha penggilingan padi mengeluhkan stok GKP yang tidak mencukupi kebutuhan operasional, sehingga pabrik tidak bisa beroperasi secara optimal.
“Jika harga GKP sudah mulai turun, maka akan diikuti dengan harga beras yang akan terkoreksi,” imbuhnya.
Arief menambahkan untuk menjamin stok beras, kegiatan operasi pasar melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) juga dipastikan berjalan lancar dengan menyalurkan ke pasar rakyat dan ritel modern.
“Insya Allah harga dan stok beras sangat terjaga saat puasa dan Lebaran ini,” pungkas Arief. (Z-6)

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Negara

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi