Guterres Kutuk Kekerasan di Ekuador

11 January 2024, 10:15

SEKRETARIS Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengutuk keras tindakan kekerasan yang dilancarkan geng narkoba Ekuador. Dia meminta semua pihak untuk mewujudkan stabilitas keamanan.

“Sekretaris Jenderal sangat khawatir dengan situasi yang memburuk di negara ini serta dampaknya yang mengganggu kehidupan warga Ekuador,” kata Juru Bicara Guterres, Stephane Dujarric.

Menurut dia Guterres mengirimkan pesan solidaritas kepada rakyat Ekuador. Pihak berwenang Ekuador mengumumkan konflik bersenjata internal sehubungan dengan kerusuhan yang mengguncang negara itu sejak Adolfo Macias, pemimpin geng kriminal Los Choneros, melarikan diri dari penjara tempat ia menjalani hukuman 34 tahun.

Baca juga: Presiden Ekuador Nyatakan Keadaan Perang Terhadap Kartel

Presiden Ekuador Daniel Noboa telah berjanji untuk membalas kejahatan yang meningkat, termasuk pengendalian geng penjara, penculikan polisi dan pemboman.

Krisis ini mendorong Noboa mengumumkan keadaan darurat selama 60 hari pada Senin (8/1). Dujarric juga mengatakan bahwa Guterres berbicara melalui telepon dengan Perwakilan Tetap Ekuador untuk PBB Jose Javier De La Gasca Lopez Dominguez pada Rabu (11/1) pagi.

Baca juga: 10 Orang Tewas dalam ‘Konflik Bersenjata Internal’ di Ekuador

Noboa mengatakan negaranya sedang berperang dengan geng narkoba. Para pengedar barang haram itu menyandera lebih dari 130 sipir penjara, menyerbu stasiun TV yang menewaskan 10 orang, termasuk anggota polisi.

“Kami memerangi terorisme narkotika. Mereka menyebarkan gambar untuk menakut-nakuti masyarakat dan membuat presiden republik ini bertekuk lutut, dan hal itu tidak akan terjadi,” kata Noboa dalam wawancara radio, Rabu (10/1).

Dia bersimpati dengan keluarga rakyatnya yang telah tewas dan disandera mafia narkoba. Pihaknya mengaku tidak dapat mundur saat ini karena kondisinya memaksa untuk melawan para gengster.

Noboa telah menetapkan hampir dua lusin geng sebagai kelompok teroris dan memberi wewenang kepada militer untuk menetralisir keamanan. Sementara itu Kepala Komando Gabungan Angkatan Bersenjata Ekuador Laksamana Jaime Vela mengatakan gengster narkoba yang memiliki persenjataan telah menciptakan gelombang kekerasan untuk menakut-nakuti masyarakat.

“Mulai saat ini, setiap kelompok teroris yang diidentifikasi dalam keputusan (Noboa) tersebut telah menjadi sasaran militer,” katanya.

Noboa, yang terpilih pada Oktober dengan janji untuk menindak kejahatan dengan kekerasan, mengumumkan keadaan darurat selama dua bulan pada hari Senin malam, sebagai tanggapan terhadap kekerasan di penjara. Termasuk penyanderaan penjaga oleh narapidana dan melarikan diri dari Adolfo Macías alias Fito, pemimpin geng Los Choneros, akhir pekan lalu.

Pemerintah mengatakan kekerasan tersebut merupakan reaksi terhadap rencana Noboa untuk membangun dua penjara baru dengan keamanan tinggi bagi para pemimpin geng yang meniru desain yang digunakan oleh Presiden El Salvador Nayib Bukele. Dia telah membangun penjara terbesar di Amerika untuk menampung para pemimpin geng dan 70 ribu anggotanya.

Noboa mengatakan penjara yang direncanakan akan sama dengan yang dimiliki El Salvador. Pemindahan pemimpin geng ke penjara secara historis telah menyebabkan kekerasan, dengan ratusan tahanan terbunuh dalam beberapa tahun terakhir. (Anadolu/The Guardian/Z-3)

SEKRETARIS Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengutuk keras tindakan kekerasan yang dilancarkan geng narkoba Ekuador. Dia meminta semua pihak untuk mewujudkan stabilitas keamanan.

“Sekretaris Jenderal sangat khawatir dengan situasi yang memburuk di negara ini serta dampaknya yang mengganggu kehidupan warga Ekuador,” kata Juru Bicara Guterres, Stephane Dujarric.

Menurut dia Guterres mengirimkan pesan solidaritas kepada rakyat Ekuador. Pihak berwenang Ekuador mengumumkan konflik bersenjata internal sehubungan dengan kerusuhan yang mengguncang negara itu sejak Adolfo Macias, pemimpin geng kriminal Los Choneros, melarikan diri dari penjara tempat ia menjalani hukuman 34 tahun.

Baca juga: Presiden Ekuador Nyatakan Keadaan Perang Terhadap Kartel

Presiden Ekuador Daniel Noboa telah berjanji untuk membalas kejahatan yang meningkat, termasuk pengendalian geng penjara, penculikan polisi dan pemboman.

Krisis ini mendorong Noboa mengumumkan keadaan darurat selama 60 hari pada Senin (8/1). Dujarric juga mengatakan bahwa Guterres berbicara melalui telepon dengan Perwakilan Tetap Ekuador untuk PBB Jose Javier De La Gasca Lopez Dominguez pada Rabu (11/1) pagi.

Baca juga: 10 Orang Tewas dalam ‘Konflik Bersenjata Internal’ di Ekuador

Noboa mengatakan negaranya sedang berperang dengan geng narkoba. Para pengedar barang haram itu menyandera lebih dari 130 sipir penjara, menyerbu stasiun TV yang menewaskan 10 orang, termasuk anggota polisi.

“Kami memerangi terorisme narkotika. Mereka menyebarkan gambar untuk menakut-nakuti masyarakat dan membuat presiden republik ini bertekuk lutut, dan hal itu tidak akan terjadi,” kata Noboa dalam wawancara radio, Rabu (10/1).

Dia bersimpati dengan keluarga rakyatnya yang telah tewas dan disandera mafia narkoba. Pihaknya mengaku tidak dapat mundur saat ini karena kondisinya memaksa untuk melawan para gengster.

Noboa telah menetapkan hampir dua lusin geng sebagai kelompok teroris dan memberi wewenang kepada militer untuk menetralisir keamanan. Sementara itu Kepala Komando Gabungan Angkatan Bersenjata Ekuador Laksamana Jaime Vela mengatakan gengster narkoba yang memiliki persenjataan telah menciptakan gelombang kekerasan untuk menakut-nakuti masyarakat.

“Mulai saat ini, setiap kelompok teroris yang diidentifikasi dalam keputusan (Noboa) tersebut telah menjadi sasaran militer,” katanya.

Noboa, yang terpilih pada Oktober dengan janji untuk menindak kejahatan dengan kekerasan, mengumumkan keadaan darurat selama dua bulan pada hari Senin malam, sebagai tanggapan terhadap kekerasan di penjara. Termasuk penyanderaan penjaga oleh narapidana dan melarikan diri dari Adolfo Macías alias Fito, pemimpin geng Los Choneros, akhir pekan lalu.

Pemerintah mengatakan kekerasan tersebut merupakan reaksi terhadap rencana Noboa untuk membangun dua penjara baru dengan keamanan tinggi bagi para pemimpin geng yang meniru desain yang digunakan oleh Presiden El Salvador Nayib Bukele. Dia telah membangun penjara terbesar di Amerika untuk menampung para pemimpin geng dan 70 ribu anggotanya.

Noboa mengatakan penjara yang direncanakan akan sama dengan yang dimiliki El Salvador. Pemindahan pemimpin geng ke penjara secara historis telah menyebabkan kekerasan, dengan ratusan tahanan terbunuh dalam beberapa tahun terakhir. (Anadolu/The Guardian/Z-3)

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi