Gunung Padang dan Klaim Piramida Tertua yang Lampaui Giza di Mesir

23 March 2024, 4:00

TEMPO.CO, Jakarta – Situs Gunung Padang adalah situs prasejarah peninggalan zaman Megalitikum. Situs yang dilaporkan pertama kali oleh Nicolaas Johannes Krom dalam tulisannya yang bertajuk Rapporten Oudheidkundige Dienst (Buletin Dinas Kepurbakalaan) pada 1914 itu bukanlah gunung aktif, tetapi lebih tepat disebut sebagai sebuah bukit. Situs Gunung Padang tercatat sebagai kompleks punden berundak terbesar di Asia Tenggara. Berada di ketinggian sekitar 885 meter di atas permukaan laut (mdpl), situs itu memiliki kompleks utama dengan luas sekitar 900 meter persegi dan luas total areal sekitar 3 hektare. Lantas, benarkah Situs Gunung Padang adalah piramida tertua di dunia yang diketahui saat ini?Pakar paleotsunami dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Danny Hilman Natawidjaja, dan timnya menuliskan artikel ilmiah berjudul Geo-archaeological Prospecting of Gunung Padang Buried Prehistoric Pyramid in West Java, Indonesia. Laporan ilmiah itu diajukan ke Jurnal Archaeological Prospection pada Desember 2022. Naskah kemudian mengalami direvisi pada Juli 2023, dan diterima pada September, sebelum terbit pada Oktober 2023. Laporan berjumlah 25 halaman tersebut menyatakan bahwa Situs Gunung Padang merupakan sebuah piramida buatan manusia berusia sekitar 20 ribu tahun. Peneliti menyebut situs yang terletak di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, itu sebagai piramida yang tertua di dunia, jauh lebih tua dibandingkan Piramida Giza di Mesir yang diperkirakan berusia 4.000 tahun. Namun, setelah dipublikasikan, kritik datang dari ahli arkeologi, geofisika, dan teknik penanggalan radiokarbon. Mereka mempertanyakan cara Danny cs menarik kesimpulannya, berdasarkan bukti-bukti yang ada atau yang didapat, seperti yang ditampilkan dalam isi laporannya. Kemudian, penerbit sekaligus pemilik basis data Wiley Online Library, John Wiley & Sons Ltd melakukan investigasi. Di akhir investigasinya, penerbit, bersama Eileen Ernenwein dan Gregory Tsokas, Co-Editors-in-Chief di jurnal itu sepakat menyebut laporan Danny dkk mengandung kekeliruan besar (major error). Kesalahan itu diakui tak teridentifikasi saat dikaji oleh ilmuwan lain yang tak terlibat penelitian (peer review). Adapun kesalahan yang dimaksud adalah teknik penanggalan karbon yang dipakai pada sampel tanah yang dianggap tim investigasi tidak terkait dengan artefak atau fitur apa pun yang bisa secara meyakinkan menginterpretasikan sebagai antropogenik atau buatan manusia. Oleh karena itu, jurnal online Archaeological Prospect di Wiley Online Library mengumumkan mencabut publikasi artikel ilmiah itu atas kesepakatan antara penerbit dan pemimpin redaksi di jurnal itu pada Senin, 18 Maret 2024. “Karenanya, interpretasi bahwa situs ini merupakan sebuah piramida purba yang dibangun 9.000 tahun lalu atau lebih tidaklah benar, dan artikel harus dicabut,” bunyi hasil investigasi tersebut. Publikasi hasil penelitian situs Gunung Padang Cianjur yang dicabut dari jurnal ilmiah Wiley Online Library. IstimewaSelain itu, hasil investigasi tersebut juga melampirkan tanggapan Danny cs yang tak setuju atas pencabutan jurnal itu. Adapun anggota tim peneliti Situs Gunung Padang meliputi Danny Hilman Natawidjaja, Andang Bachtiar, Bagus Endar B. Nurhandoko, Ali Akbar, Pon Purajatnika, Mudrik R. Daryono, Dadan D. Wardhana, Andri S. Subandriyo, Andi Krisyunianto, Tagyuddin, Budianto Ontowiryo, dan Yusuf Maulana. Apa Kata Tim Peneliti Situs Gunung Padang?Iklan

Dalam pernyataannya kepada TEMPO, Danny Hilman Natawidjaja menilai penarikan kembali makalah mereka oleh penerbit sebagai tindakan yang salah. “Karena tidak berdasarkan alasan major error yang jelas,” ujarnya.Tim, kata Danny, juga menilai pihak penerbit tidak menghargai diskusi ilmiah. Seharusnya, menurut tim, ketika ada sekelompok orang menganggap penelitian mereka tidak benar, seharusnya publikasi tidak perlu ditarik. Pihak yang menolak bisa membuat artikel atau ulasan.“Intinya kalau dalam dunia ilmu pengetahuan ya diskusi ilmiah perlu diteruskan,” ujar profesor riset di BRIN ini sambil menambahkan, “Ini kan riset kami seperti dikubur, dipetieskan.”Kekecewaan senada disampaikan anggota tim peneliti dari Universitas Indonesia (UI), Ali Akbar. Dalam tim, Ali Akbar memimpin kelompok peneliti arkeologi. Dia menerangkan, keraguan atas kesimpulan yang diambil tim peneliti situs Gunung Padang berasal dari hasil pengeboran di lapisan kedalaman yang ketiga, hingga 15 meter, atau yang terdalam dilakukan dalam penelitian itu. Dari lapisan tersebut, tim mendapat petunjuk usia situs Gunung Padang sekitar 10 ribu tahun atau lebih tua lagi. Penanggalan itulah yang menyimpulkannya piramida tertua di dunia. Ada dua hal sumber kekecewaan Ali Akbar. Yang pertama, vonis retraction atau pencabutan publikasi artikel telah memberangus begitu saja hasil penelitian atas dua lapisan di atasnya yang menurut sang arkeolog tak mengundang keraguan.Yang kedua, vonis major error diberikan penerbit dan pimpinan redaksi jurnal tanpa riset pembanding dari lokasi, di kedalaman yang sama. “Seharusnya ada penelitian serupa lalu bilang, ‘Oh Anda salah’, baru saya (menaruh) respek,” katanya.MELYNDA DWI PUSPITA Pilihan Editor: Microsoft Luncurkan 2 Laptop Perdana Bertenaga AI, Harganya?

Tokoh

Partai

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Negara

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Transportasi