Jakarta, Beritasatu.com – Putra sulung Presiden ke-1 Indonesia Soekarno, Guntur Soekarnoputra menyebut adiknya Megawati Soekarnoputri pernah “menyelundupkan” bendera pusaka di perutnya.
Hal itu dikatakan Guntur saat peluncuran buku terbarunya yang berjudul Sangsaka Melilit Perut Megawati: Humaniora, Sejarah, dan Nasionalisme Internasionalisme di Grand Sahid Jakarta, Minggu (3/11/2024).
Guntur menjelaskan, peristiwa itu terjadi saat mendekati perayaan hari kemerdekaan 17 Agustus 1967 silam. Saat itu Megawati mendapatkan tugas penting untuk membawa bendera pusaka dari rumah ibunya, Fatmawati, ke tempat karantina Soekarno di Wisma Yaso.
“Ibu (Fatmawati) harus memutar otak bagaimana caranya dan akhirnya mendapatkan ide agar bendera pusaka harus dikembalikan lagi ke Bung Karno,” kisah Guntur saat bedah buku.
Namun, terdapat persoalan siapa yang akan membawa bendera pusaka tersebut. “Lalu ibu memutuskan Adis (nama kecil Megawati) waktu itu,” lanjut dia.
Menurut Guntur, tugas yang diberikan cukup berat, karena Megawati pasti harus melewati pemeriksaan para petugas yang ketat.
“Jangankan bawa benda-benda yang aneh atau bagaimana. Kalau ibu kirim sayur lodeh saja oleh komandan jaga di Wisma Yaso, dengan bayonet diudek-udek sayur lodehnya,” kenang Guntur.
Diceritakan, Megawati yang saat itu masih berusia 20 tahun bersedia menjadi kurir bendera untuk diantarkan ke ayahnya dengan cara melilitkan bendera yang dijahit ibunya itu ke tubuhnya. Ibunya meminta Megawati menggenakan kebaya longgar guna menyamarkan perutnya yang membesar karena membawa bendera.
“Ibu pesan, kalau ditanya kenapa gemuk atau bagaimana, bilang saja sedang hamil muda,” ucap Guntur.
“Saya ini cuma bisa geleng-geleng kepala, ini kerjaan gila. Akhirnya dilaksanakan. Alhamdulillah akhirnya bendera sampai ke tangan Bung Karno, dibawa ke kamar. Lalu di sana dibuka dan diserahkan kepada utusan Orde Baru,” urai dia.
Putri Guntur, yakni Puti Guntur Soekarnoputri menyatakan masyarakat akan mengetahui perjalanan dari Sang Saka Merah Putih yang dijahit oleh Fatmawati. Sebuah kisah perjalanan bendera pusaka yang akhirnya tetap tegak berdiri di Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI.
“Buku ini memiliki nilai sejarah yang luar biasa dan mengandung simbol keberlanjutan perjuangan untuk menjaga keutuhan NKRI,” tegasnya.
Ia menuturkan, keberadaan Sang Saka Merah Putih dan perjalanannya sudah menjadi takdir untuk dibawa dan dijaga oleh Megawati Soekarnoputri untuk keutuhan dari NKRI.
Tampak Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri, Wakil Presiden ke-6 RI Try Sutrisno hadir langsung di acara bedah buku sekaligus acara peringatan ulang tahun ke-80 Guntur Soekarnoputra itu.