Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Geger Kasus Suami Selingkuh saat Istri Umrah, Kebiasaan ‘Mendua’ Bisa Sembuh?

Geger Kasus Suami Selingkuh saat Istri Umrah, Kebiasaan ‘Mendua’ Bisa Sembuh?

Jakarta

Heboh selebgram berinsial SSA buka-bukaan soal perselingkuhan yang disebut dilakukan suaminya. Ia bercerita, suami selingkuh dengan wanita lain ketika dirinya tengah umrah.

SSA menyebut pernikahannya dengan suami sudah berjalan selama 14 tahun dan dikaruniai 3 orang anak. Selama hidup bersama, ia mengaku hubungannya terbilang harmonis dan tidak ada masalah.

“Saat aku berangkat umroh pada 18 Oktober 2024, suamiku justru membawa wanita lain untuk menginap di rumah, bahkan di kamar kami,” curhatnya.

Terlepas dari kejadian tersebut, psikolog klinis Anastasia Sari Dewi mengatakan bahwa aksi perselingkuhan umumnya terjadi karena adanya ketidakmampuan pelaku dalam mempertahankan dan menjaga komitmen terhadap satu orang. Selain itu, faktor ketidakpuasan atau kejenuhan dalam hubungan juga bisa menjadi pemicunya.

“Kemudian juga ada yang karena kebutuhan sensasi menantang adrenalin, keseruan, sehingga apabila bisa melakukan hubungan diam-diam itu ada sensasi kepuasan tersendiri bagi pelakunya,” kata Sari ketika dihubungi oleh detikcom, Rabu (6/11/2024).

Sari mengatakan bahwa pelaku perselingkuhan mungkin saja ‘tobat’ namun usaha besar harus dilakukan oleh orang tersebut. Menurutnya pelaku perselingkuhan harus bisa menyadari secara penuh keuntungan, kerugian, dan apa motivasi ia melakukan hal tersebut.

Pelaku harus bisa menemukan apa saja faktor yang membuat dia nekat melakukan perselingkuhan. Bantuan dengan profesional psikologi mungkin dibutuhkan dalam proses ini.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh psikolog Salma Ghina Sakinah Safari. Ketika dihubungi secara terpisah, Ghina mengatakan bahwa pelaku perselingkuhan memerlukan upaya yang besar, refleksi pribadi, dan komitmen dalam proses memperbaiki perilakunya.

Penyesalan yang tulus dengan dukungan lingkungan serta terapi yang tepat menurut Ghina dapat membantu perubahan pola perilaku itu di masa depan.

“Namun, perubahan tidak akan terjadi secara otomatis, dan harus diiringi dengan tindakan nyata dan keinginan yang kuat untuk memperbaiki hubungan serta diri sendiri,” tandas Ghina.

(avk/naf)