Bisnis.com, JAKARTA — Kelompok astronom NASA menemukan “suara aneh” pada sebuah bintang raksasa merah. Suara aneh itu merupakan getaran halus yang diakibatkan oleh gempa bintang (starquakes).
Temuan ini terungkap dengan memanfaatkan teknologi Transiting Exoplanet Survey Satellite (TESS). Data “suara aneh” atau yang disebut osilasi bintang inilah yang baru-baru ini mengungkap sejarah turbulen di sistem Gaia BH2. Hal ini memberikan petunjuk kuat adanya insiden tabrakan atau penggabungan (merger) antar-bintang di masa lampau.
Melansir dari Space Rabu (03/12/2025), studi yang dipimpin oleh University of Hawaii Institute for Astronomy (IfA) ini memanfaatkan data seismik TESS yang dikombinasikan dengan pemetaan bintang dari wahana Gaia milik Badan Antariksa Eropa (ESA).
Ilmuwan IfA dan pemimpin studi Daniel Hey menjelaskan bahwa getaran ini bukan sekadar estetika kosmik. Osilasi ini bekerja layaknya gelombang gempa bagi ahli geofisika.
“Sama seperti seismolog menggunakan gempa bumi untuk membedah isi perut Bumi, kami menggunakan ‘lagu’ atau osilasi ini untuk memahami apa yang terjadi di dalam bintang yang sangat jauh,” ujar Hey dikutip dari Space.
Fokus penelitian tertuju pada sistem biner Gaia BH2 yang berjarak 3.800 tahun cahaya di konstelasi Centaurus. Sistem ini unik karena terdiri dari bintang raksasa merah yang mengorbit sebuah lubang hitam.
Analisis terhadap “suara aneh” bintang tersebut justru memunculkan paradoks ilmiah. Secara kimiawi, raksasa merah ini padat elemen berat atau “kaya alfa”. Biasanya, hal ini terjadi pada bintang-bintang yang lebih tua.
Namun, data seismik TESS menunjukkan bintang tersebut baru berusia 5 miliar tahun. “Bintang muda yang kaya alfa sangat langka dan membingungkan,” tambah Hey.
Kombinasi usia muda namun berkimia tua ini mengindikasikan bahwa bintang tersebut tidak berevolusi secara wajar. Hey menduga bintang tersebut menyerap massa tambahan atau “memakan” bintang lain (merger) saat lubang hitam pasangannya terbentuk.
Dugaan ini diperkuat oleh data rotasi. Bintang raksasa merah tersebut berputar sekali setiap 398 hari, kecepatan yang tidak wajar untuk bintang sejenis yang terisolasi.
Rekan peneliti dan NASA Hubble Fellow di IfA Joel Ong juga menegaskan bahwa rotasi cepat ini sulit dijelaskan oleh proses kelahiran bintang biasa.
“Jika rotasi ini nyata, itu pasti dipercepat melalui interaksi pasang surut dengan pasangannya,” kata Ong, Dia juga meyakini sistem Gaia BH2 memiliki sejarah evolusi yang sangat kompleks.
Tim peneliti kini memperluas fokus ke sistem Gaia BH3 yang berjarak 2.000 tahun cahaya. Kontras dengan BH2, bintang di sistem ini justru miskin logam dan anehnya tidak menunjukkan osilasi sama sekali.
Ke depan, para peneliti akan terus memantau data Gaia untuk memvalidasi teori penggabungan bintang ini dan memahami lebih jauh dinamika sistem biner dengan lubang hitam. (Muhammad Diva Farel Ramadhan)
